Suatu pagi saya sedang membaca naskah di dekat jendela. Pagi itu langit cerah. Semilir angin dingin menerobos jendela. Deretan gunung Manglayang nampak gagah di kejauhan. Saya tercenung. Sepertinya tidak asing dengan suasana ini.
Saya bongkar lembaran file kenangan, berusaha keras mengingat kembali. Ceklik! Yaah... saya ingat sekarang. Di tahun 2005, puncak kejenuhan saya bekerja di kantor. Suatu pagi, baru satu jam handle customer, mood sudah terjun bebas. Saya memilih untuk menepi sebentar ke pantry. Setelah membuat teh manis hangat, saya menikmatinya sambil menatap ke arah jendela besar. Kebetulan langit sedang cerah, tampak deretan gunung berdiri dengan anggunnya. Saya tak tahu apa nama gunung itu.
Tak sengaja tercetus sebuah mimpi. Suatu saat nanti, saya ingin bekerja di depan jendela, sambil menikmati deretan gunung dan sawah. Tentu saja bekerja yang berkaitan dengan buku, bidang yang sangat saya sukai. Saya masih menikmati secangkir teh hingga tandas dengan wajah ceria. Senyum hadir silih berganti. Seakan, baru mendapat suntikan semangat dosis tinggi.
Semenjak hari itu, saya membulatkan tekad untuk terjun ke dunia menulis secara profesional. Saya juga semakin giat membaca buku apa saja. Meski orang tua tak mengijinkan saya untuk berhenti bekerja, saya tidak peduli. Saat matahari bersinar, saya bekerja di kantor. Begitu malam menjelang, saya asyik dengan dunia menulis. Setiap ada kesempatan memperluas jejaring baik ke penulis senior maupun yunior, menebar 'pesona' ke berbagai milist penulis, belajar menulis berbagai genre, berburu lomba, mencari klien, dan banyak lagi. Keyakinan saya hanya satu. Setiap impian harus diperjuangkan dengan sepenuh hati dan segenap jiwa.
Hmm...setiap kali saya melihat ke jendela dengan naskah di tangan, berjuta syukur terselip dari bibir ini. Alhamdulillah. Terima kasih Tuhan, sudah Kau kabulkan mimpiku. 6 tahun ternyata tak lama. Bodoh sekali. Ternyata, saya baru menyadari hadiah seindah ini.
seneng rasanya.... baca tulisan ini :)
BalasHapusalhamdulillah
q akan selalu setia menanti kisah2mu mbak Ugiek....
BalasHapussebagai pengobat rindu :)
BalasHapus@Mbak Diah: Alhamdulillah. Mbak, dirimu yang selalu menginspirasiku. Makasih ya mbak *peluk2
BalasHapus@Novi: makasih Novi :)
@mb. Wiwik: Aku juga akan selalu setiaaaa menanti tulisan-tulisan mbak. BIar gak pernah koment tapi sellau baca dari email reminder :)
Untuk mewujudkan impian, memang harus diperjuangkan.
BalasHapusSalam kenal mak Ugik
Berjuang sepenuh hati dan segenap jiwa mewujudkan impian
BalasHapusSalam kenal, Mbak Ratna :)