Penulis :
Louisa May Alcott
Penerjemah: Rahmani Astuti
Penerbit :
Serambi
Buku ini adalah kelanjutan dari buku Little Woman.
Kalau menurut saya, buku ini adalah gerbang kedewasaan gadis-gadis March. Para
gadis keluarga March sudah beranjak dewasa dan mulai bersiap menuju ke jenjang
pernikahan. Bab awal dibuka dengan riuhnya persiapan Meg yang akan menikah
dengan John.
Sebuah pernikahan sudah layaknya dilakukan dengan
meriah, namun keluarga March (seperti biasanya) mampu membungkus kemeriahan
dengan bersahaja yang manis untuk dikenang.
Kebahagiaan Meg dan juga kepanikan Meg menjadi
istri dan ibu baru menyita hampir separuh buku ini. Sementara Jo, tetaplah
seorang gadis cerdas yang bengal. Petualangannya dalam mencari jati diri
membuat dia sanggup menjelma menjadi sosok wanita dewasa yang mempesona.
Pelajaran hidup beruntun yang membuat Jo jatuh bangun tak membuat dirinya
terpuruk, justru membentuk dirinya semakin kuat dan mempesona.
Beth, mampu mewarnai kesuraman buku ini dengan
kesedihan yang mencekat. Yah, mau bagaimana lagi, tak selamanya perjalanan
hidup semulus boneka Barbie. Tak mungkin juga semua tokoh akan mendapat
kebahagian. Well, it’s real life beibeh. Meski pada awalnya Beth mampu menguras
air mata, namun keluarga March meyakini bahwa Beth telah bahagia dengan caranya
sendiri.
Si kecil Amy telah menjelma menjadi kupu-kupu yang
menawan. Saya rasa hanya Amy yang mempunyai ‘darah ningrat’ seperti yang
dikehendaki oleh Bibi March. Hanya Amy yang menyadari bahwa dirinya seorang
keturunan ningrat dan sangat mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang
bangsawan suatu hari kelak. Suatu kegembiraan ketika semua mimpi Amy menjadi
kenyataan, nyonya baru bangsawan hadir ditengah keluarga March. Tentu saja,
lengkap dengan segala kemewahan, keanggunan dan segala pernik sopan santun yang
rumit.
Foto: pinjam pakai dari Google
Komentar
Posting Komentar