Judul : 99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa
Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : Januari 2014
Saya tertarik dengan buku ini sejak pertama diterbitkan, namun berkali-kali belum berjodoh untuk membawanya pulang. Hingga buku ini hadir sebagai hadiah ulang tahun dari suami tercinta. Saya sampai jingkrak-jingkrak setelah membuka sampul kadonya :D
Saya sengaja tidak membaca resensi buku Hanum Rais ini dan juga tidak menonton filmnya. Saya ingin lebih obyektif dalam membaca buku ini. Saya sangat tertarik dengan buku ini karena setting sejarah Islam yang digunakan.
Soal sejarah Islam di Eropa, saya memang buta total. Banyak pengetahuan baru, yang saya dapat dari buku ini cukup mengejutkan. Misalnya tentang lukisan bunda Maria yang hijabnya ada Pseudo Kufic kalimat tauhid, atau ‘penciptaan‘ roti croissant dengan tujuan untuk menghina bangsa Turki. Hal terakhir ini yang membuat saya sampai sekarang segan untuk makan croissant. Namun, yang mampu membuat saya tercengang lama fakta bahwa bangunan-bangunan peringatan kemenangan Napoleon di Paris dibuat membentuk garis imajiner, yang searah dengan kiblat di Mekah. Bahkan, Patung Quadriga dan 2 malaikat emas yang ada di atas monumen semua menghadap ke timur tenggara, arah Mekkah.
Soal sejarah Islam di Eropa, saya memang buta total. Banyak pengetahuan baru, yang saya dapat dari buku ini cukup mengejutkan. Misalnya tentang lukisan bunda Maria yang hijabnya ada Pseudo Kufic kalimat tauhid, atau ‘penciptaan‘ roti croissant dengan tujuan untuk menghina bangsa Turki. Hal terakhir ini yang membuat saya sampai sekarang segan untuk makan croissant. Namun, yang mampu membuat saya tercengang lama fakta bahwa bangunan-bangunan peringatan kemenangan Napoleon di Paris dibuat membentuk garis imajiner, yang searah dengan kiblat di Mekah. Bahkan, Patung Quadriga dan 2 malaikat emas yang ada di atas monumen semua menghadap ke timur tenggara, arah Mekkah.
Perjalanan tokoh Hanum dan teman-teman ataupun dengan Suami ke berbagai tempat dan negara begitu mengasyikkan. Bukan sekedar traveling dan cuci mata. Selalu ada ‘sesuatu‘ yang membekas untuk direnungkan lebih dalam. Deretan sejarah disuguhkan dengan rapi dari Wina hingga Istambul. Berbagai arsitektur bangunan dan tata kota diceritakan dengan detail. Saya yang belum pernah melihat bisa membayangkan dengan gamblang. Ketika saya menelusuri foto tempat-tempat tersebut, dengan mudah saya bisa menemukan detail yang ada di buku ini.
Beberapa konflik pada tokoh cerita bisa selesai dengan cepat, terkadang membuat saya seakan kehilangan unsur drama dalam sebuah novel. Andai ada beberapa tambahan konflik lagi mungkin akan lebih seru. Hal ini mungkin juga bisa membuat tokoh Hanum lebih manusiawi. Pada beberapa bagian cerita, saya sempat kedodoran karena paparan penulis tentang sejarah Islam yang padat. Tetapi saya bisa menikmati dengan nyaman hingga akhir cerita.
Foto by Ugik Madyo
Foto by Ugik Madyo
Komentar
Posting Komentar