Judul : Hicari No Michi: Catatan cinta Mualaf dari Negeri Matahari Terbit
Penulis : Takanobu Muto, Tethy Ezokanzo, Rose FN dan para penulis Forum Lingkar Pena (FLP) Jepang
Editor : Azzura Dayana
Penerbit : PT Lingkar Pena Kreativa
Tahun : 2009
Buku ini mengandung banyak rasa yang bercampur menjadi satu. Ada bahagia sekaligus sedih, juga tawa bercampur kesedihan. Ada banyak konsekuensi yang harus disandang seseorang ketika menjadi mualaf.
Tanpa dukungan orang tua, belajar tentang Islam dari nol, belajar membaca Al qur’an, memberikan pemahaman pada teman dan kerabat, melaksanakan sholat dan puasa ramadhan dan juga memilih makanan halal. Kesemuanya itu, kadang kala menguras seluruh energi dan emosi. Butuh iman yang kuat. Keyakinan bahwa Allah akan selalu memudahkan segalanya, menjadi kekuatan ampuh.
Tanpa dukungan orang tua, belajar tentang Islam dari nol, belajar membaca Al qur’an, memberikan pemahaman pada teman dan kerabat, melaksanakan sholat dan puasa ramadhan dan juga memilih makanan halal. Kesemuanya itu, kadang kala menguras seluruh energi dan emosi. Butuh iman yang kuat. Keyakinan bahwa Allah akan selalu memudahkan segalanya, menjadi kekuatan ampuh.
Para suami/istri dan juga sahabat mempunyai banyak andil di kehidupan para mualaf tersebut. Pengertian, kesabaran dan kehadiran mereka bisa membuat para mualaf ini lebih tenang dalam kehidupan baru yang islami.
Setiap mualaf pasti mempunyai kisah menarik ketika hidayah itu datang. Cerita-cerita ini dituturkan oleh para penulis buku ini dengan menarik dan sarat hikmah. Beberapa tulisan membuat hati saya bergetar hingga menitikkan air mata. Tentu saja kisah kehidupan sehari-hari mereka dituturkan dengan penuh rasa.
Gagap islami, saya menyebutnya. Kebanyakan para mualaf tak tahu kalau Islam sudah mengatur seluruh aspek dan tatanan hidup. Mulai bangun tidur hingga tidur. Dari dalam kandungan hingga meninggal nanti. Beberapa terkaget-kaget dengan cara hidup baru mereka dan mengundang senyum kulum hingga gelak tawa. Namun, mereka mampu menjalaninya dengan ketabahan luar biasa. Semoga para mualaf istiqomah di jalur islam hingga ajal menjemput. Aamiin.
Foto: koleksi pribadi
Gagap islami, saya menyebutnya. Kebanyakan para mualaf tak tahu kalau Islam sudah mengatur seluruh aspek dan tatanan hidup. Mulai bangun tidur hingga tidur. Dari dalam kandungan hingga meninggal nanti. Beberapa terkaget-kaget dengan cara hidup baru mereka dan mengundang senyum kulum hingga gelak tawa. Namun, mereka mampu menjalaninya dengan ketabahan luar biasa. Semoga para mualaf istiqomah di jalur islam hingga ajal menjemput. Aamiin.
Foto: koleksi pribadi
Komentar
Posting Komentar