Setelah menikah, saya memutuskan untuk berhenti kerja. Suami mengijinkan saya bekerja tapi dengan syarat bekerja di rumah saja, biar bisa sekalian bantu usaha suami. Setelah konsultasi panjang lebar dengan suami, saya memilih jualan online saja.
Waktu itu, saya belum punya gambaran akan jualan apa. Saya hanya sebagai reseller barang teman-teman. Apa saja saya jual. Jamu, tas, baju, jilbab, makanan, buku bekas, barang dagangan ibu saya juga. Yang penting bisa dapat duit. Kesannya kayak cewek matrek, nih. Asli saya nggak pake modal. Hanya dropship. Modal pertama saya pulsa HP dan modem.
Kebetulan teman-teman banyak yang jualan online. Saya belajar dari mereka. Saya pikir gampang lah jualan online. Tinggal pasang foto barang di BBM, whatsapp, facebook, twitter. Lalu kirim broadcast ke contact HP, tag kanan kiri. Beres. Tinggal tunggu pesanan datang sambil mengerjakan kerjaan rumah atau PR dari suami. Pesanan masuk. Duit datang. Kirim barangnya. Gampang.
Pada awalnya, banyak yang merespon. Ada yang pesan, ada juga yang sekedar tanya tentang barangnya. Lama kelamaan kok sepi. Pernah selama beberapa hari tidak ada pesanan. Belum lagi ada teman yang keberatan karena sering saya kirimi broadcast message atau di tag. Beberapa dari mereka menghapus saya dari daftar pertemanan. Lah, kok jadi gini. Jualan gak laku. Temen hilang. Waduh, pusing kepala eike.
Saya sempat down. hampir setahun saya memutuskan berhenti jualan online. Website toko saya hapus. Saya fokus mengurus rumah dan membantu usaha suami. Lama-lama, kangen serunya jualan online lagi. Dagang bisa sambil haha hihi sama pelanggan atau teman-teman.
Mulai deh tanya kanan kiri tentang marketing online yang baik dan benar. Saya belajar dari nol. Dunia internet berjalan sangat cepat. Banyak hal-hal baru yang berubah. Harus belajar dengan cepat untuk mengejar ketertinggalan, nih!. Saya pahami betul etika berjualan secara online. Baru tahu, ternyata nge-tag barang dagangan di wall FB hukumnya ‘haram‘ karena itu sama dengan nyelonong masuk ke rumah orang tanpa permisi. Selain itu rajin BM barang dagangan via BBM atau whatsapp ternyata bisa bikin senewen plus merusak mood orang.
Lah, trus promo jualannya bagaimana?
Dari sini saya mulai belajar memanfaatkan foto profil dan status untuk media promosi. Saya mulai belajar utak atik foto agar menarik dan langsung bikin orang tertarik. Saya juga mulai belajar menggunakan kata-kata singkat, informatif dan unik. Ilmu ini yang biasanya diterapkan di dunia periklanan. Saya juga berjualan diberbagai web toko online.
Sampai saat ini, saya masih terus belajar. Meski masih tertatih-tatih dan sering salah, tak apalah. Namanya juga sedang belajar. Teman-teman yang sudah sukses jualan online, banyak memberi saran dan suntikan semangat. Begitu juga suami. Lega. Berasa tidak sendirian.
Meski berjualan online belum begitu ramai. Tak masalah. Tidak ada keberhasilan yang instan, kan? Mengutip ucapan seorang teman, berdagang itu 20% jualan barang (ikhtiar) sedang 80% berdoa dan sedekah. Apapun yang terjadi. Saya tak mau menyerah lagi. Saya harus #beranilebih gigih jualan online.
Twitterku | FBku
Tulisan ini dibuat dalam rangka ikut lomba di Light of Women #BeraniLebih!
Tulisan ini dibuat dalam rangka ikut lomba di Light of Women #BeraniLebih!
Komentar
Posting Komentar