Bila berdasarkan penelusuran beberapa referensi, cucur adalah makanan khas dari Betawi. Faktanya, ada banyak kue cucur kita temui diberbagai daerah. Misalnya di Gorontalo dinamakan tutulu. Kue ini hanya ada ketika masa panen tiba. Para petani membuatnya sebagai rasa syukur karena panen padi yang didapatkan. Kue cucur juga ada di daerah Jawa. Teman saya di Palembang bercerita juga ada kue cucur disana. Mungkin kue ini sudah menyebar seiring perpindahan manusia dari dan ke berbagai wilayah negeri ini.
Kenapa kue ini namanya cucur? Konon nama ini berasal dari cara pembuatannya. Adonan kue dituangkan di wajan kecil panas pelan-pelan. Sidat adonan yang tidak kental ketika dituang ini ‘ngocor’ (dalam bahasa Betawi). Asimilasi bahasa mengalami perubahan menjadi ‘ngucur’. Lalu jadilah sebutan ‘cucur‘ sampai sekarang ini.
Pembuatan kue cucur |
Kalau di Surabaya banyak beredar kue cucur coklat dan hijau. Cucur coklat adonan di campur dengan gula merah. Kalau cucur hijau ditambahkan daun suji pada adonan. Namun ada juga yang ditambah pewarna hijau. Kalau saya lebih suka dengan kue cucur coklat. Lebih legit dan harum karena campur tangan gula merah.
Di Surabaya, kue cucur yang enak ada di gang kecil belakang Pasar Blauran. Ada beberapa Ibu-ibu penjual di sepanjang jalan gang. Biasanya cucur dimasak dengan kompor biasa. Namun, ada seorang penjual wanita Madura setengah baya yang memasak cucur menggunakan tungku arang. Saya paling betah menunggui Beliau membuat cucur. Pencampuran aroma gula merah dan arang membara harum sekali. Nikmat dan menenangkan. Aroma ini yang perlahan namun pasti merangsang perut keroncongan :D.
Komentar
Posting Komentar