Dari jaman saya masih kecil. Setiap Ibu pulang dari kantor selalu ada rutinitas 'interogasi' ala Ibu.
Udah makan? Makan sama apa?
Main apa tadi di Sekolah?
Jajan apa aja tadi?
Pulang sekolah ngapain aja?
Suka nggak sama masakan Mbak (asisten rumah tangga)?
Tanya kabar teman sebangku
Absen satu persatu teman-teman dekat yang biasa main sama saya. Teman-teman dekat ini baik di sekolah atau di rumah. Ibu hapal semua nama sobat saya.
Kalau Ibu belum puas ‘menginterogasi’, jangan harap bisa ‘melarikan diri’. Interogasi ini berlaku untuk semua anak-anaknya. Jaman kita masih kecil dulu, rasanya sebel banget ditanya-tanya seperti itu. Saya menganggap Ibu makhluk paling cerewet sedunia. Hiks.
Tapi ajaib… lambat laun saya kayak kecanduan interogasi. Kalau-nggak ditanya-tanya rasanya ada yang hilang. Apalagi kalau Ibu luar kota lama, rasanya kangen sama kecerewetan beliau.
Lambat laun saya mulai terbiasa cerita ke Ibu. ‘Laporan’ suka rela meskipun tanpa diinterogasi. Entah mulai kapan, saya tidak menyadari. Mulanya hanya cerita biasa kegiatan sehari-hari. Lama-lama soal hati jadi ikut diceritakan. Naksir sama sapa. Ditaksir sama sapa. Jatuh cinta. Patah hati. Musuhan sama teman. Dan.. masih banyak lagi. Akhirny tidak ada rahasia lagi.
Semua saya ceritakan ke Ibu. Tempat curhat paling aman ya sama Ibu. Dijamin nggak bakal bocor. Masalah serumit apa pun pasti ketemu solusinya. Yang pasti, nggak bikin nyesek lagi kalau lagi sedih banget. Kalau ada yang bilang saya anak mama. Mana urus. Ya iyah lah saya anak mama. Masak anak sapi hehe.
Saya sampai sekarang masih heran. Sejak masih kecil sampai sekarang Ibu hapal nama teman-teman dekat anak-anaknya. Kalau sering datang kerumah, bukan sekedar nama yang diingat. Beliau juga hapal tempat tinggalnya, orang tuanya, makanan kesukaan, karakter tiap anak, juga atribut khusus yang selalu dipakai.
Saya dan Ibu sering curhat-curhatan berarti hubungan kita selalu baik? Nggak juga. Pernah marahan? ya pernah lah. Diem-dieman juga pernah. Biasanya kalau ada pertentangan berlawanan arah. Ibu tidak setuju dengan sikap atau pendapat saja. Bisa juga sebaliknya. Wajar lah. Dua kepala dengan rentang usia berbeda. Tapi ya nggak pernah bisa lama. Entahlah. Rasanya nggak enak kalau lama nggak ngobrol bareng. Dunia berasa hampa. Halah.
Sampai saat ini, ibu masih jadi teman curhat saya. Tapi dari awal menikah Ibu sudah membatasi. Saya tidak boleh cerita semuanya. Urusan rumah tangga sepenuhnya urusan suami istri, orang luar tidak boleh tahu. Kecuali memang darurat demi menyelamatkan rumah tangga, saya baru diijinkan cerita. Tapi yah… namanya mulut. Suka kebablasan. Ibu langsung menyela… Stop! Jangan diteruskan.
Gemes. Geregetan. Curhatnya nggak bisa total. Nggak bisa plong. Mau gimana lagi. Saya sudah menikah. Ada batasan jelas mana yang boleh saya ceritakan, mana yang harus dirahasiakan. Tak apalah. Paling nggak saya masih bisa mendapat nasehat dari Ibu dalam menjalani, merawat dan menjaga pernikahan langgeng dunia dan akherat.
Ibu...
My love
My life
My best friend forever
Komentar
Posting Komentar