Judul : Pergi
Penulis : Tere Liye
Editor : Triana Rahmawati
Penerbit : Republika Penerbit 2018
Buku ini dibuka dengan adegan baku tembak di perbatasan Meksiko-Amerika Serikat. Lokasi tepatnya di sebuah gudang kontainer Stasiun Kereta Api. Bujang beserta sahabat-sahabatnya (Salonga, White, si kembar-Yuki dan Kiko) berusaha merebut kembali sebuah alat deteksi serangan siber. Alat ini dicuri oleh keluarga El Pacho. Namun sayang, misi di Meksiko ini gagal total. Padahal anak buah El Pacho sudah dilumpuhkan semuanya, tiba-tiba muncul sosok bertopeng. Seorang pria yang menyamar seperti Zorro berhasil mengalahkan Bujang dengan telak dan mengambil alat tersebut. Mereka terpaksa kembali dengan tangan hampa. Alih-alih marah. Bujang justru penasaran dengan sosok Zorro itu.
"... Orang bertopeng itu bilang ke Bujang, Adios, Hermanito." Salonga mengusap dahinya, diam sejenak.(Hal. 44)
Hermanito artinya my little brother. Padahal Bujang anak tunggal. Ayahnya, Samad hanya menikah dengan Midah, Mamaknya. 'Zorro' fasih berbahasa Indonesia. Sosok asing itu juga tahu nama aslinya. Bagaimana mungkin bisa tahu nama asli Bujang? Hanya 7 orang yang tahu nama asli Bujang, termasuk Ayah dan Mamak. Lima orang sudah meninggal. Hanya tinggal dua orang, Salonga dan Tuanku Imam. Kedua orang ini juga tidak tahu siapa sosok 'Zorro' ini.
Bujang yakin sosok 'Zorro' ini bagian masa lalunya. Kenapa baru muncul sekarang. Kenapa juga orang itu mengincar alat deteksi serangan siber milik Keluarga Tong? Ada banyak misteri yang harus dipecahkan Bujang. Pada saat bersamaan ada banyak masalah yang menimpa keluarga Tong. Bujang saat ini adalah seorang Tauke Besar. Pucuk pimpinan di Keluarga Tong. Salah satu keluarga penguasa shadow economy di Asia Pasifik.
Ada 8 keluarga penguasa shadow economy di dunia ini. Keluarga Tong di Indonesia, Keluarga El Pacho di Meksiko, Keluarga Yamaguchi di Jepang, Keluarga Lin di Macau, Keluarga Otets di Rusia, Keluarga Master Dragon di Hongkong dan satu lagi di Miami Florida. Mereka semua mempunyai latar belakang yang sama. Pada mulanya adalah para mafia bisnis ilegal di 'dunia kegelapan'.
Seiring berjalannya waktu mereka mulai merambah bisnis legal. Perbankan, properti, pertambangan, transportasi, retail dan hampir semua jenis usaha mereka miliki. Keluarga mafia bertansformasi menjadi keluarga konglomerat. Tidak hanya dunia usaha yang mereka kuasai, politisi dan penegak hukum juga dalam 'genggaman' mereka. Delapan keluarga penguasa ini mempunyai kesepakatan tidak akan saling menggangu wilayah kekuasaan masing-masing.
Namun sayang, Keluarga Master Dragon melanggar kesepakatan ini. Mereka berusaha menguasai keluarga shadow economy yang lain. Bujang hampir saja terbunuh oleh sniper kiriman keluarga dari Hongkong ini. Bujang marah besar, dia mulai menyusun strategi untuk 'menghukum' Keluarga Master Dragon. Pada saat yang sama, Bujang juga harus segera merebut kembali alat deteksi serangan siber.
Bujang susah payah menyelidiki masa lalunya. Ternyata 'Zorro' adalah kakak tirinya Diego Samad. Anak yang disembunyikan di Meksiko. Bahkan Ayahnya, Samad tidak pernah tahu dengan kelahiran Diego. Bujang cukup terguncang dengan masa lalu Ayahnya yang baru muncul sekarang. Sementara itu konflik dengan keluarga Master Dragon semakin memanas. Bujang tidak saja harus mempertahankan eksistensi Keluarga Tong. Dia juga harus mempertahankan nyawanya yang diujung tanduk.
"Kehidupanmu ada di persimpangan berikutnya. Dulu kamu bertanya tentang definisi pulang, dan kamu berhasil menemukannya... Ada pertanyaan penting berikutnya yang menunggu dijawab. Pergi. Sejatinya kemana kamu akan pergi?... Bersama siapa? Apa kendaraanya?... Kemana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidupmu? Itulah persimpangan hidupmu sekarang, Bujang... Kamu akan pergi kemana, Nak?" (Hal. 86)
Ucapan Tuanku Imam terus terngiang. Bujang mengalami dilema. Ada banyak pertanyaan yang terus bergayut dibenaknya. Sementara itu masalah antara 7 keluarga penguasa Asia Pasifik semakin memanas. Konflik dengan Keluarga Master Dragon membawa perubahan besar pada 7 keluarga shadow economy. Keadaan tidak akan sama lagi seperti sebelumnya. Setelah semua konflik ini berakhir dia akan 'pergi' kemana? Semua pertanyaan akan terjawab di akhir buku. Tak seru kalau saya ceritakan semua di sini.
Buku ini merupakan kelanjutan dari Buku Pulang. Namun jangan kuatir. Jika Anda belum pernah membaca Buku Pulang tidak akan terganggu keasyikannya. Pembaca tetap bisa menikmati karena buku ini rangkaian ceritanya 'berdiri sendiri'.
Pada awalnya, saya agak terganggu dengan sudut penceritaan orang pertama dalam buku ini. Tetapi lama kelamaan bisa menikmatinya. Jalan cerita cenderung lebih lambat dari pada buku genre petualangan Tere Liye lainnya. Kalau menurut saya, bila disajikan dengan alur cerita yang cepat seperti Buku Negeri Para Bedebah mungkin akan lebih menghanyutkan. Alur cerita yang cepat membuat pembaca penasaran untuk bergegas sampai di akhir cerita. Karakter tokoh Bujang hampir mirip dengan Thomas di Buku Negeri Para Bedebah. Muda, cerdas, petarung hebat, mempunyai masa lalu kelam dan jago menyusun strategi. Eh, di tengah cerita ternyata muncul si Thomas. Surprise yang menyenangkan.
Bagi Anda yang menyukai buku perpaduan action dan petualangan akan suka dengan buku ini. Meski bumbu romantis juga ada, namun tak berlebihan.
Foto by Ugik Madyo
Menarik
BalasHapusMakasih
HapusIni komen
BalasHapusheeem
HapusKomen ah
BalasHapusHemmm
HapusRusuh mbak hahahahahaha
HapusHahaha
HapusSukaaa resensinya, bikin penasaran.
BalasHapusMau doong didongengin mbak Ugik, yuuk kopdar ����
Makasih cus...
HapusIya lama kita nggak kopdar. Hayuk kapan yuk
Makasih
BalasHapusSudah lama mau buku ini tapi belum kesampaian
BalasHapusSampaikan, mbak. Lumayan bukunya
HapusKayaknya agak2 mikir ya mbak novelnya haha. Lama gk baca novel tebel eui. Akhir ini baca buku anak2 TFS reviewnya :D
BalasHapusTenang, nggak berat kok mikirnya. Lebih berat yang judulnya Negeri Para Bedebah.
HapusSama-sama, Pril
Udah deg2an berniat mau baca ini ada buku sebelumnya, ternyata gak mengganggu keasyikan buku yg ini. Btw makasih mbak masuk dalam daftar buku yg ingin dibaca.
BalasHapusIya, Ndhah. Sama-sama. Pulang dan Pergi bisa 'berdiri sendiri'
HapusAyo komen
BalasHapusheeem
HapusBelum pernah baca buku Tereliye. Jadi penasaran. Kirain bukunya romance semua.
BalasHapusNggak, mbak. Aku yo nggak baca buku-bukunya yang romance
HapusWah saya belum pernah baca buku Tere Liye, sekarang lagi banyak baca buku self-improvement dan non fiksi.
BalasHapusOh iya mbak kalau mau baca seputar fotografi silakan mampir ke blog saya di gariswarnafoto(dot)com
Silahkan dicoba baca bukunya.
BalasHapusTerima kasih atas rekomendasi blognya.