Jaman masih kecil, baju lebaran harus yang banyak kantongnya. Ini permintaan saya sama Ibu yang nggak bisa ditawar. Minimal ada dua kantong di baju. Ukurannya juga harus yang besar. Kalau cuma satu kantong saja alamat saya bisa nangis. Mogok nggak mau pakai baju itu. Ibu pernah harus menambah kantong baru. Untung saja Ibu pandai menjahit baju anak. Masalah mogok baju lebaran selesai dengan memuaskan kedua belah pihak.
Kenapa sih saya mesti ngotot harus ada banyak saku besar khusus untuk baju lebaran? Ini ada riwayatnya. Halah koyok opo ae, rek. Simpel aja, kok. Kantong satu untuk tempat uang. Kantong yang lainnya untuk tempat madumongso dan atau kertas pembungkusnya.
Kenapa? Madumongso ini kan pembungkusnya dari kertas krep aneka warna. Kertas sumbo kalau bahasa Jawanya. Tuh kertas sengaja saya kumpulkan buat main pasar-pasaran a.k.a jual-jualan. Kertas crep ini kalau di tangan saya nanti bisa berubah jadi 'es sirup' atau 'kuah sayuran'. Hahaha.
Sudah selesai nostalgia masa kecil. Kembali ke madumongso. Jajanan ini terbuat dari tape ketan hitam, santan kelapa, gula merah dan daun pandan. Semua bahan ini dicampur di wajan besar lalu diaduk hingga mengental. Rasa madumongso ini meski manis tapi tidak eneg karena ada rasa asam dari tape.
Setelah dingin, madumongso dibentuk memanjang dan dibungkus dengan plastik lalu dibungkus lagi dengan kertas krep atau kertas minyak. Ada juga yang dibentuk bulatan lalu dibungkus plastik transparan dan diikat dengan benang.
Konon katanya, madumongso sudah ada sejak jaman Mataram Kuno. Namun jajanan ini hanya beredar dikalangan Bangsawan. Lalu seiring semakin murahnya harga ketan hitam, jajanan ini menyebar ke masyarakat luas.
Dahulu madumongso biasanya hadir saat lebaran, ada acara pernikahan, tujuh bulanan (mitoni) atau upacara bayi turun tanah (tedak siti). Kalau saat ini madumongso sudah mulai jarang muncul diperedaran.
Saat lebaran saja madumongso masih agak banyak. Hanya saja semakin sedikit yang bikin jajanan ini sendiri. Kalau saya lagi kangen madumongso biasanya beli di toko oleh-oleh langganan atau ke Pasar Blauran.
Foto : koleksi pribadi
Mba..kalau pas hari raya dan mudik ke Ngawi ini jadi camilan wajib yg aku temui.. mjd suguhan mba, sukaa.. legit ya mba ..
BalasHapusSama, Mbak... kalau Lebaran nggak ada madumongso rasanya nggak lengkap.
HapusJadi ingat mendiang nenek..jelang lebaran mesti bikin madumongso sendiri
BalasHapusAlmarhum Nenek dulu juga yang selalu buat. Ganti Budhe yang bikin sekarang. Cuma di rumah beliau aja yang ada kalau Lebaran.
HapusMadumongso mengingatkanku pada nenek yang selalu membuat ini saat lebaran.
BalasHapuspulang kampung gak lengkap kalo gak ikut ribetnya bikin madumongso
Hebat, Ke iku bantu bikin madumongso. Aku nggak sanggup. Bagiang ngincipi ae wis hehe
Hapus