Saya pernah coba makan serabi di 3 kota. Semuanya berbeda penampakan dan rasanya. Serabi Bandung rasanya plan. Nggak seberapa menonjol namun punya aneka topping. Mau yang manis atau gurih tinggal pilih rasa topping yang diinginkan. Kalau serabi Solo teksturnya lembut dan sangat terasa santan kelapa. Bagian tengah teksturnya lembek seperti belum matang. Pilihan topping hanya coklat dan keju. Namun, saya lebih suka yang original. Sensasi rasa santannya sangat menggoda.
Nah, yang terakhir saya cicipin adalah serabi Banjarnegara. Kalau boleh saya bilang, ini serabi minimalis. Tekstur serabi padat dan bantet. Rasa santan tidak terlalu terasa. Justru rasa yang dominan adalah gula merah. Topping serabi Banjarnegara hanya gula merah. Namun nggak manis eneg. Manisnya pas.
Ada banyak penjual Serabi di Banjarnegara tetapi saya paling cocok dengan racikan Mbak Rini. Tekstur serabi empuk. Kering kriuk di bagian pinggir. Meski dalam kondisi sudah dingin, teksturnya tetap empuk. Ini berbeda dengan serabi-serabi yang pernah saya makan. Kalau sudah dingin pasti jadi keras. Rasa serabi Mbak Rini ada perpaduan gurih dan manis. Biasanya, serabi Banjarnegara dominan dengan rasa manis. Kalau yang satu ini rasa gurih santan masih terasa. Lebih bertahan lama rasanya ketika masuk mulut.
Saya -boleh dibilang- pecinta fanatik Serabi Mbak Rini. Beliau memang baru berjualan tiga tahun. Namun Mbak Rini adalah generasi ketiga penerus usaha Serabi. Keluarga Mbak Rini turun temurun berjualan serabi Banjarnegara. Sang Nenek yang memulai usaha ini terlebih dahulu. Beliau malang melintang di dunia per-serabi-an selama 30 tahun. Setelah tua dan tidak kuat lagi berjualan, usaha ini diteruskan oleh Ibunya Mbak Rini. 27 tahun Sang Ibu menjalankan warisan sang Nenek. Kemudian di teruskan oleh MBak Rini.
Meski sudah berjualan selama 60 tahun, jangan bayangkan Mbak Rini menggelar dagangannya di sebuah outlet megah. Mbak Rini berjualan serabi Banjarnegara di trotoar. Tepatnya di pojok perempatan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Dipayuda. Buka setiap hari setelah subuh sampai habis. Saya pernah ke sini jam 7 pagi sudah habis. Saya coba datang 5.30 ternyata sudah banyak yang antri. Pantesan jam 7 sudah habis. Harga serabi ini Rp 1.000/biji.
Harganya memang sama dengan serabi Banjarnegara di tempat-tempat lain. Namun soal rasa, lidah memang tak bisa berbohong. Meski harus antri pagi-pagi ditengah cuaca dingin, saya ikhlas. Bagi pecinta kuliner pasti paham dengan tulisan saya di paragraf terakhir ini.
Foto: koleksi pribadi
Komentar
Posting Komentar