Rabu sore ramai di twitter kabar kalau Pak Habibie meniggal dunia. Saya masih tak percaya. Hari selasa sempat tersiar kabar di WAG dan medsos kalau Pak Habibie meninggal. Ternyata hanya hoak. Saya baru percaya setelah beberapa portal berita online menggunggah berita ini. Televisi juga sudah mulai siaran langsung dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Ucapan bela sungkawa mulai berseliweran di media sosial. Kilas balik kehidupan beliau dituliskan kembali. Tentu saja deretan panjang prestasi beliau turut terpajang. Bercerita tentang sejarah kehidupan seseorang tak bisa dipisahkan dengan segala kebaikan dan keburukannya.
Kalau membaca kisah kehidupan Pak Habibie kayaknya kok baik semua. Segala keburukan beliau tertutupi dengan rapat. Masyaa Allah tabarakallah. Rabu malam medsos dikuasai berita tentang Pak Habibie. Saya baca sambil mewek. Baru kali ini ada seorang pemimpin yang meninggal dan saya merasa sangat kehilangan. Sampai pagi ini, saya masih belum sanggup melihat upacara pemakaman Pak Habibie.
Anak cucu dan seluruh keturunan Pak Habibie tentu akan bangga membaca catatan sejarah yang ditorehkan beliau. Nama baik Pak Habibie akan menempel erat di balik nama anak cucu dan semua keturunannya. Hanya tahu namanya saja akan membuat banyak orang turut menghormati.
Pemimpin yang Baik
Beberapa teman memberi komentar, pemimpin yang baik ketika meninggal akan banyak yang kehilangan. Pemimpin yang baik akan selalu dikenang segala kebaikannya. Pemimpin yang baik akan meninggalkan banyak catatan kebaikan. Rasanya masuk akal. Sedikit pemimpin di Indonesia ini yang tertutupi aibnya dengan begitu rapat. Bahkan ada yang sudah meninggal puluhan tahun segala aib beliau tetap tertutup rapat.
Siapa yang menutupi aib seorang pemimpin? Tentu saja Allah Subhanaahu Wa Ta'ala. Nggak perlu mengerahkan banyak anak buah kepercayaan atau para buzzer. Nggak akan bisa dua kalangan ini menutup aib seorang pemimpin dengan baik. Hanya Allah Subhanaahu Wa Ta'ala yang bisa. Sang Maha Kuasa. Sang Maha Berkehendak.
Tentu saja tidak sembarang pemimpin yang bisa menikmati fasilitas penutupan aib ini. Hanya para pemimpin pilihan. Pemimpin yang bertangung jawab untuk memegang amanah jabatannya. Pemimpin yang jujur dan adil dalam menjalankan segala kekuasaannya. Ikhlas menjalankan amanah sebagai seorang pemimpin.
Saat ini ada beberapa pemimpin yang masih hidup bahkan masih memimpin sudah terbuka lebar aib-nya. Segala cara sudah dikerahkan untuk menutupi aib ini. Namun tetap saja aib sang pemimpin tak bisa ditutupi. Bahkan menjadi bahan lelucon dan ejekan dari orang-orang yang dipimpinnya.
Kasihan sekali pemimpin seperti ini. Tidak mendapatkan penghormatan, tidak dihargai bahkan tidak diakui. Bagaimana bisa memimpin kalau seperti ini. Segala ucapan dan tingkah lakunya tidak akan menjadi tauladan malah mendapatkan cibiran.
Semoga para pemimpin seperti itu segera sadar diri untuk kembali menjadi sejatinya pemimpin. Bersikap dan bertutur kata selayaknya seorang pemimpin yang disegani dan dihormati. Kalau memang sudah merasa tidak bisa atau tidak sanggup untuk memimpin. Lebih baik tidak usah memimpin saja.
Masih hidup di dunia saja sudah menjadi bahan ejekan. Kebijakannya membuat banyak orang marah. Keputusannya membikin banyak orang menangis. Sejarah akan mencatat pemimpin semacam ini dengan tinta merah. Terlihat dan tak terlupakan. Bagaimana nanti anak cucu keturunanya akan mengenang beliau sebagai pemimpin yang seperti itu?
Apa nggak kasihan anak cucu keturannya kelak akan menanggung malu. Sejarah tak akan pernah terhapus. Sejarah akan merekam semua jejak para pemimpin. Baik jejak kebaikan maupun keburukan. Semua tercatat dan tersimpan rapi.
Semoga saja semakin banyak pemimpin yang ingin anak cucu keturunannya bangga ketika membaca catatan sejarah tentang dirinya.
Komentar
Posting Komentar