Saat ini kita sudah memasuki masa ekonomi global. Apa itu maksudnya? Ekonomi global adalah suatu kehidupan ekonomi secara bebas dan terbuka. Tanpa batasan teritorial atau kewilayahan antara negara yang satu dengan yang lain.
Untuk kawasan ASEAN sudah ada AFTA (ASEAN Free Trade Area). Kawasan perdagangan bebas se-Asia Tenggara ini sudah disepakati sejak tahun 1992. Secara teori kesepakatan AFTA ini akan dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN.
Nilai ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN pada tahun 2018 memang meningkat. Jumlahnya sekitar 200 milyar dolar US. Namun masih berada di peringkat 5. Urutan ke 1 - 4 ada Singapore, Thailand, Malaysia dan Vietnam. Peringkat ini masih tetap sama sejak awal tahun 2000. Indonesia masih harus memacu diri utuk naik peringkat.
Ada banyak hal yang mempengaruhi ekspor Indonesia yang tetap stagnan peringkatnya. Meski nilai ekport naik terus. Ada dua masalah yang cukup krusial, yaitu masalah komoditas ekspor dan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Komoditas dan SDM ini mempunyai keterkaitan.
Komoditas yang dihasilkan oleh Indonesia belum terlampau banyak yang bisa diekspor. Salah satu penyebab yang utama adalah keterbatasan SDM yang 'membuat' komoditas tersebut. Padahal usia produktif di Indonesia sebesar 70% dari seluruh jumlah penduduk.
Kalau ditelusuri lebih lanjut, ternyata belum banyak usaha padat karya yang menghasilkan banyak komuditas yang bisa ekspor. Kenapa begitu? Karena belum banyak euntrepreneur di Indonesia. Jumlah euntrepreneur di Indonesia masih 3,1% dari jumlah penduduk usia produktif. Sementara negara-negara yang nilai eksport-nya tinggi rata-rata memiliki jumlah euntrepreneur 10% dari jumlah penduduk produktif.
Komoditas tekstil yang mulai kembang kempis |
Sebenarya bagaimana kondisi SDM Indonesia? Riset Bank Dunia pada tahun 2018, Index Sumber Daya Manusia (Human Capital Index) Indonesia berada pada peringkat 87 dari 157 negara. Nilai HCI Indonesia 0,53. Berada di bawah negara Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Philipina.
Sedangkan menurut Bussiness World untuk tahun 2018, peringkat daya saing SDM Indonesia berada di rangking 45 dari 63 negara. Kalau diperbandingkan dengan negara tetangga masih jauh. Singapura ada di peringkat 13. Sedangkan Malaysia di peringkat 22.
Berarti sudah pasti nih ya harus dilakukan perbaikan untuk meningkatkan SDM di Indonesia. Namun perlu sasaran yang tepat. Sumber Daya Manusia yang seperti apa yang relevan dengan kondisi di Indonesia saat ini?
Angka Penggangguran vs Usia Produktif
Menurut data dari Badan Pusat Statistik untuk Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sampai dengan bulan Agustus 2019 sebesar 5,28% dari tingkat partisipasi angkatan kerja Indonesia. Jumlah tersebut mengalami penurunan dari tahun 2018 yang sebesar 5.34%. Namun angka penurunannya kecil sekali.
Masih banyak usia produktif yang menunggu untuk dipekerjakan tanpa ada inisiatif untuk menciptakan lapangan kerja atau membuka lapangan kerja. Kalau seperti ini angka pengangguran akan sulit turun banyak. Memang saat ini sudah banyak lembaga yang mengadakan pelatihan kerja, melakukan pendampingan plus memberikan modal kerja.
KADIN (Kamar Dagang Indonesia) juga mempunyai banyak pelatihan untuk membangun pengusaha unggul berbasis kearifan lokal menuju pasar global. Para pengusaha UMKM saat ini memang sudah banyak namun tak banyak yang mampu untuk bertujuan menembus pasar global. Sepertinya SDM Indonesia harus diperbaiki menuju ke arah ini.
Sumber Daya Manusia seperti apa yang harus diperbaiki? Ada beberapa hal yang bisa saya jabarkan di bawah ini. Saya melihat selama ini Kadin Indonesia dan berbagai lembaga baik dari lembaga pemerintahan atau nirlaba sudah melakukan banyak pelatihan untuk meningkatkan SDM terutama para euntrepreuner. Programnya sangat bagus dan tepat sasaran, tetapi saya melihat ada beberapa hal soft skill yang harus diperkuat, antara lain:
1. Perbaikan gizi anak mulai 1000 hari pertama kehidupan.
Bagaimanapun asupan gizi anak akan mempengaruhi tumbuh kembangnya hingga dewasa. 1000 hari pertama kehidupan seorang anak ini masa yang paling penting. Pada masa ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan otak yang maksimal menjadi pondasi dasar SDM Indonesia yang unggul.
Angka stunting Indonesia 30,8%. Stunting selain menghambat pertumbuhan juga menghambat perkembangan otak anak. Tentu hal ini akan berpengaruh pada anak untuk menerima informasi dan pelajaran selanjutnya. Angka stunting ini harus diturunkan. Kalau bisa dihilangkan. Jangan sampai ada anak stunting di Indonesia.
2. Perubahan kurikulum sekolah menjadi terapan bukan hapalan.
Beberapa praktisi pendidikan berpendapat kalau kurikulum pelajaran di Indonesia ini kebanyakan teori. Kebanyakan hapalan. Begitu masuk ke dunia kerja kaget. Harus menyesuaikan diri dengan berbagai ilmu terapan yang terkadang masih asing. Begitupun ketika terjun ke dunia entrepreuneur. Masih banyak yang harus belajar lagi mulai dari nol.
Memang untuk merubah kurikulum tidak secepat membalikkan tangan. Perlu waktu dan proses. Di sinilah orang tua yang berperan penting. Sangat diharapkan orang tua bisa melengkapi apa yang belum ada di kurikulum sekolah. Ada kerjasama antara guru dan oran tua untuk mendidik anak.
3. Dukungan orang tua
Sudah menjadi rahasia umum, masih banyak orang tua yang tidak menginginkan anaknya menjadi seorang euntrepreneur. Lebih suka kalau anaknya menjadi pegawai. Alasannya simple, kalau pegawai kan sudah pasti tiap bulan penghasilannya. Kalau menjadi pengusaha penghasilannya tidak jelas setiap bulan.
Harap diingat segala pemikiran dan ucapan orang tua sama dengan doa. Jadi pengusaha ini pekerjaan yang halal. Kenapa tidak didukung sepenuhnya anak yang ingin jadi pengusaha. Toh jadi pegawai juga masa depannya sama tidak jelas. Mungkin saja tiba-tiba kantornya bangkrut, lalu di PHK. Kan ya tetap harus kesana kesini mencari pekerjaan baru. Mau jadi pegawai negeri? Antriannya ribuan sementara kapasitasnya terbatas.
Kalau mau dihitung nih ya. Penghasilan pengusaha ini biasanya jauh lebih besar dari penghasilan pegawai. Namun perlu kesabaran dan kerja keras. Penghasilan sedikit diawal merintis usaha adalah hal yang wajar. Islam pun mengajarkan 9 dari 10 pintu rejeki berasal dari perdagangan. Meski semakin banyak pengusaha, tidak usah kuatir. Kapling rejekinya lebih banyak.
4. Peningkatan kreatifitas solutif.
Kreatif itu bukan bakat. Kreatif itu hasil dari imajinasi. Kreatifitas harus terus dilatih agar terus terasah. Nggak boleh stagnan nanti kreatifitas akan terhenti dengan sendirinya. Seorang entrepreuneur wajib kreatif. Ini harga mati. Kreatif dalam membuat komoditas, kreatif mengelola keuangan, kreatif mengatur para pegawai, dan juga kreatif dalam pemasaran.
Kreatif ini berhubungan kuat dengan masalah solutif. Orang yang kreatif selalu pandai mencari celah sekecil mungkin untuk mencari solusi dalam sebuah permasalahan. Dunia usaha tak selamanya semulus jalan tol. Kalau ada permasalahan dan tak mampu mencari solusinya tentu masalah akan membesar dan bahkan bisa menciptakan masalah baru.
5. Harus terus belajar mengikuti perubahan.
Tidak bisa dipungkiri. Dunia usaha tidak pernah berjalan statis. Selalu ada banyak perubahan baru. Seperti misalnya dulu orang tak masalah berbelanja langsung datang ke toko. Saat ini orang lebih suka belanja online. Perubahan seperti ini harus diikuti.
Kalau tidak mau berubah maka usaha akan tergerus. Bahkan bisa jadi merugi karena omset yang terus menurun. Seorang entrepreuneur harus berfikiran terbuka terhadap segala perubahan. Agar usahanya dapat terus bertahan atau bahkan lebih maju lagi. Selain itu juga harus terus belajar agar memahami perubahan yang sedang dan akan terjadi
6. Dilarang gaptek.
Untuk yang satu ini berkaitan dengan bahasan sebelumnya. Seorang entrepreuneur dilarang gaptek. Harus mau dan mampu belajar tentang teknologi terkini. Baik teknologi peralatan mesin maupun teknologi telekomunikasi. Meski nantinya akan ada pegawai yang akan melakukan. Namun harus paham operasionalnya.
Saat ini, pembangunan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk konektivitas internet terus meningkat. Siapa saja bisa belajar dari internet. Tentu akan lebih mudah bisa mengikuti perubahan dunia usaha lewat e-book atau e-learning. Apalagi yang berkaitan dengan teknologi tepat guna di bidang pertanian, perkebunan dan kelautan.
7. Membangun mental tangguh pantang menyerah.
Membangun SDM yang unggul berarti juga membangun mental yang unggul. Tangguh dan pantang menyerah. Semua pelatihan entrepreuneur dengan segala pendampingannya tidak akan berguna kalau tidak mempunyai mental yang bagus.
Dalam membangun usaha akan banyak masalah yang datang dan pergi. Bisa jadi mengalami kerugian sebelum berhasil usahanya. Ini adalah hal yang biasa. Kalau tidak punya mental yang tangguh, sekali dapat masalah akan memilih berhenti. Kapok. Tidak mau lagi melanjutkan sampai titik kesuksesan.
Bisa juga menjadi ketergantungan dengan orang lain. Kalau ada masalah curhat dan minta diselesaikan masalahnya. Padahal lebih baik menyelesaikan sendiri masalah yang ada. Biar paham dan bisa belajar terus untuk mencari berbagai solusi usahanya.
8. Menguasai bahasa asing.
Kalau untuk masalah ini tidak bisa ditawar lagi. Minimal 1 bahasa asing saja sudah cukup. Bahasa Inggris terutama. Kalau memang belum sanggup menguasai paling tidak bisa berbicara dan mengerti percakapan sederhana. Kalau urusan dokumen resmi bisa diterjemahkan oleh ahli penerjemah bersertifikat. Paling tidak bisa bertransaksi kalau ikut pameran atau ada pembeli asing.
9. Berfikir global
Hari gini, seorang entrepreuneur harus berfikir global. Baik untuk masalah pemasaran ataupun komoditas. Tidak bisa hanya memikirkan pasar dalam negeri saja. Harus berfikir komoditas apa yang diperlukan pasar global. Komoditas yang dihasilkan akan dipasarkan ke negara mana. Semua ini harus juga dipikirkan. Sudah saatnya para entrepreneur mempunyai tujuan ekpor. Jangan hanya 'bermain' di pasar lokal.
Semoga ide sederhana dari saya ini bisa bermanfaat untuk pemerintahan yang baru. Pembangunan SDM Indonesia harus dikebut pelaksanaannya. SDM Indonesia agar bisa lebih produktif, berdaya saing dan fleksibel dalam menghadapi tantangan global, yang dinamis dan penuh resiko di masa mendatang.
Kompetensi dan daya saing harus terus ditingkatkan ya Mba.
BalasHapusBangga banget jadi warga Indonesiaaaa
Iya mbak. Mental kompetisi harus terus dipelihara.
HapusTernyata ekspor Indonesia masih kalah dengan banyak negara ya, bahkan Vietnam. Penting banget nih diambil langkah di atas untuk meningkatkan produktivitas.
BalasHapusIya nih. Masih kalah kita soal ekspor.
Hapusaku sih setuju pendidikan di Indonesia yang seperti tahun tahun 80-90an
BalasHapusga tau kenapa, kayaknya saat itu kok banyaaaak sekali para teknokrat dilahirkan, para ekonom terkenal dan kondang
kalo sekarang ... entaaaah aaaapaaaa yang merasukiiii
Aku langsung auto nyanyi Mbak hahaha.
HapusSaat ini sedang diperbaiki kurikulum Indonesia secara besar-besaran. Semoga semakin baik output yang dihasilkan nantinya.
Duh sayang banget ya, sdm indonesia banyak, tapi persentase entrepreneurnya kecil sekali... Setuju banget sama masukan idenya, terutama yang soal kurikulum...
BalasHapusSemoga semakin banyak entrepreneur di Indonesia.
HapusPemerintah sepertinya lagi fokus banget ke peningkatan kualitas SDM, ya. Semoga aja SDM Indonesia semakin unggul
BalasHapusAamiin. Iya kak. SDM lagi di perbaiki besar-besaran.
HapusSaat ini belajar bahasa asing memang perlu banget ya untuk komunikasi
BalasHapusiya MBak.
HapusFaktor nonskill ini yang seringkali tak terjamah ya dan terkesan terabaikan ya mba. Dan ini menurutku butuh peran serta banyak pihak
BalasHapusYa mBak. Semua pihak harus bekerja sama. Butuh waktu panjang untuk menciptakan karakter enterpreneur yang tangguh dna unggul.
HapusKadang suka gemes sih sama orang yang bilang "sekarang cari kerja susah" lah wong yang bilang gak ngapa-ngapain dan gak berusaha mencari. Padahal banyak cara juga yang bisa dilakukan di rumah ya mbak.
BalasHapusSama mbak. Aku juga gemes kalau ada orang model kayak gini. Padahal banyak peluang usaha meski harus tinggal di rumah saja.
HapusPenting banget memupuk kemampuan SDM baik di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat. Kita dituntut untuk terus belajar dan menyerap ilmu baru yang dinamis.
BalasHapusIya mbak. Setuju banget.
HapusSetuju mb...perubahan sistem pendidiksn perlu itu. Selama ini beban anak terlalu banyak tapi tidak aplikatif. Terlalu banyak hafalannya, termasuk untuk pelajaran yang harusnya lebih banyak praktiknya seperti POKJ
BalasHapusIya mbak. Pelajaran anak-anak hapalan semua. Sedih banget lihatnya kalau pas belajar buat ulangan.
HapusMemang semua harus disiapkan dr SDM kita. Biar tidak mudah tergiur produk luar dibanding produk dalam negeri. Kebanyakan orang kita lebih percaya produk buatan luar drpd dalam negeri. Secara kualitas sama. Orang Indoneisa kebanyakan gengsinya. Dan supaya rakyat InDonesia makin kretaif, bukan cuma berfungsi sebagai pembeli, tapi juga pembuat dan penjual.
BalasHapusiya ya atas nama merek ngejar beli produk luar. Padahal ada beberapa brand yang bikinan Indonesia, dibikin tanpa merk. Di sana diaksih merk. Balik ke sini harga jualnya berkali lipat.
HapusSektor pendidikan ini, PR banget ya mba.. apalagi buat emak-emak. Kadang galau aja klo anak-anak serasa jadi bahan percobaan kurikulum/kebijakan. Aku tu ngerasanya, pemerintah blm nemu formula yang pas untuk pendidikan, jadi masih terapkan-ganti-terapkan-ganti lagi, yang liat capek..apalagi yang njalani yaa
BalasHapusBetul Mak. Paling sebel kalau ganti menteri eh ganti kebijakan. Ganti kurikulum. Nyesek.
HapusHmm. Jd inget soal2 ulangan anak aku. Eh, kenapa jadi kesini. Yaah soalnya pendidikan ini berperan banget ya mba. Skrg sistem pendidikan berasa gimana ya. Capek gitu liatnya. Apalagi kalo menekankan nilai harus sekian. Kasian.. Padahal memelihara SDM dimulai dr membuat anak kecil mencintai ilmu.
BalasHapusIya Mbak kasihan banget. Anak-anak seperti dipaksa belajar. Mereka nggak punya ruang untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Padahal ini penting banget buat pondasi ke masa depan.
HapusIyap terutama mba SDM awalnya Perbaikan gizi anak mulai 1000 hari pertama kehidupan. Ini yg yg terpenting biar pertumbuhan baik otomatis kecerdasan dlm mnghadapi hidup lbih terjamin
BalasHapusIya. Semoga gizi anak Indonesia semakin baik.
HapusSemoga saja ya menteri pendidikan baru programnya yang bagus2 terlaksana, terutama yang sola pendidikan gak mmeberatkan anak itu.
BalasHapusAku setuju ma bahasa, makanya kalau soal bhasa aku mendorong anak2ku banget mbak :D
Aamiin.
HapusSoal penguasaan bahasa ini memang perlu ya dilatih mulai anak-anak.
Sepertinya sistem pendidikan di Indonesia perlu diberi perubahan. Masih perlu ditinjau lagi kurikulumnya. Supaya SDM di Indonesia semakin unggul ya ...
BalasHapusIya mbak perbaikan harus terus dilakukan
HapusKerasa nih bisa bahasa asing itu penting, kayak aku yang tiba-tiba dapet boss orang Belanda. Hahaha kaget asli. Aku emang belum lancar sih bahasa asingnya tapi masih akan terus belajar. Semoga kemampuan SDM Indonesia semakin baik ya.
BalasHapusMenyiapkan anak2 untuk survive di medannya nanti itu berat ya mak huhu
BalasHapusTapi aku setuju bahasa asing itu sudah kayak bahasa biasa kayak kita nanti
Iya emang berat. Jamannya sudah jauh berbeda dengan jaman kita dulu. Persaingan semakin banyak dan semakin sengit.
HapusThink globally. Ya, sudah saatnya makin banyak enterpreneur Indonesia yang melebarkan sayap hingga di luar negeri. Potensial banget loh putra-putri bangsa ini, tinggal mendapatkan dukungan dan fasilitas aja nih agar makin berjaya di dunia internasional.
BalasHapusPotensial banget putra putri bangsa Indonesia. Sudah makin banyak anak muda yang mau jadi entreprenuer. Semoga semakin banyak yang berkibar di kancah Internasional.
HapusCakeepp~
BalasHapusAnak-anak sekarang selain harus dibekali thinking skill juga harus berpikir global.
Bermimpi setinggi langit menembus batas cakrawala.
Karena dunia pun sudah tanpa batas.
Iya mbak. Setuju banget.
HapusSemoga Kadin Indonesia dan berbagai lembaga baik dari lembaga pemerintahan atau nirlaba bisa melakukan lebih banyak pelatihan untuk meningkatkan semangat berdikari masyarakat Indonesia dengan membangun usaha sendiri ya Mak :D
BalasHapusAamiin. Doa kita bersama nih Mak.
HapusMempersiapkan anak2 nih biar siap menghadapi masa depan dengan mndiri.
BalasHapusIya mbak
HapusBetul nih mindset nya harus diibah, sistem pendidikan kg perlu pembenahan. Karena kita kan sedang menyambut bonus demografi. Kalau kualitas SDM nya nggak diperbaiki ntar jadinya bukan bonus demografi, malah jd beban demografi
BalasHapusIya Mbak. Kalau nggak dikelola SDM-nya sayang banget. Potensi besar yang harus dimanfaatkan.
Hapus