Wajik kletik gulo jowo
Luwih becik (urip) sing prasojo
Artinya:
Wajik kletik gula Jawa
Lebih baik hidup yang bersahaja
Ini adalah parikan bahasa Jawa yang memberi nasihat agar kita kalau hidup yang sederhana saja. Tidak perlu bermewah-mewah. Begitulah keluhuran Bahasa Jawa. Urusan makanan saja bisa dijadikan perantara untuk nasehati.
Wajik kletik ini adalah salah satu makanan khas dari kota Blitar. Sebenarnya wajik ini adalah makan khas daerah Pulau Jawa. Khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun hanya wajik biasa. Kalau wajik kletik ini agak berbeda. Ada campuran beras ketan yang masih agak mentah. Kalau digigit ada sensasi kletik-kletik. Dari sinilah asal muasal nama wajik kletik.
Pembuatan wajik kletik ini sama dengan wajik biasa. Bahannya juga sama yaitu beras ketan, gula Jawa, santan kepala atau parutan kelapa. Namun ada sedikit perbedaan untuk bahannya. Wajik kletik menggunakan perutan kelapa yang sudah tua plus tambahan beras ketan yang masih setengah matang.
Semua bahan ini dimasak sampai matang dan lengket, lalu didinginkan. Kemudian dibungkus dengan klobot. Ini nih yang unik. Klobot ini adalah bungkus tongkol jagung yang sudah mengering. Sebelum digunakan untuk membungkus, klobot disetrika lebih dahulu.
Namun saat ini banyak penjual yang tidak menggunakan tambahan beras ketan setengah matang. Sensasi kletik-kletiknya tidak ada. Hanya wajik yang dibungkus klobot. Namun parutan kelapanya lebih bnayak. Teksturnya juga lebih lembut. Rasanya sih masih tetap sama.
Wajik biasa menjadi hidangan utama dalam acara lamaran, pernikahan dan selamatan kelahiran atau kematian. Wajik ini kan teksturnya lengket. Dengan adanya hidangan wajik ini diharapkan kedua insan yang menikah akan terus lengket. Pernikahannya akan langgeng. Kalau wajik dalam acara selamatan lainnya diharapkan hubungan antar tetangga akan selalu rukun dan terus lengket.
Kalau wajik kletik ini murni hanya sebagai jajanan yang dijual bebas. Saya belum pernah menemukan wajik kletik dijadikan hidangan untuk acara lamaran, pernikahan atau selamatan. Entah apa yang mendasarinya. Saya taidak tahu.
Ada sebuah literatur yang menyebutkan kalau wajik ini adalah jajanan yang sudah ada sejak jaman Majapahit. Pada kitab Nawasuci atau Sang Hyang Tattawajnana tertulis tentang wajik di dalamnya. Kitab ini adalah karangan Mpu Siwamurti pada tahun 1500-1619 M.
Namun saya belum menemukan literatur sejarah tentang wajik kletik. Jadi tidak tahu sejak kapan wajik kletik ini sudah beredar di masyarakat. Meski merupakan makanan khas daerah Blitar, Jawa Timur. Pada beberapa daerah di Jawa Tengah kita bisa menemukan wajik kletik ini.
Kampung saya juga punya jajan khas wani kletik ini mbak. Tapi dicetak dengan berbagai bentuk, seperti bulat, kotak, bintang, segilima, dll. Tidak dibungkus klobot seperti ini. Teksturnya kering.
BalasHapusBeda-beda ternyata ya meski sama-sama wajik.