Nasi Boran di Jalan Brawijaya Surabaya |
Banyak penjual Nasi boran di Lamongan. Ada di sebelah selatan Kantor Pemerintah Kabupaten Lamongan. Mereka berjejer di sepanjang Jalan KH. Achmad Dahlan. Kalau sore dan malam hari banyak yang berjualan di trotoar sepanjang Jalan Raya Lamongan - Surabaya.
Sejarah Nasi Boran Lamongan
Nasi boran ini namanya berasal dari boran atau boranan. Apa itu? Wadah nasi dari anyaman bambu yang berbentuk kotak. Sampai sekarang para penjual nasi boran masih menggunakan boranan ini saat berjualan. Mungkin juga karena sudah menjadi ciri khasnya.
Nasi boran sudah hadir di tengah masyarakat Lamongan sejak jaman penjajahan Belanda. Penjual nasi boran banyak terdapat di kampung-kampung. Selain itu juga ada di berbagai pasar tradisional dan pusat keramaian. Namun hanya masrakat kelas bawah saja yang menikmati makanan ini. Setelah jaman kemerdekaan, seluruh lapisan masyarakat menyukainya hingga saat ini.
Nasi boran ini sama dengan nasi campur ala Indonesia. Satu porsi terdiri dari nasi putih, lauk, bumbu merah atau sambal merah dan peyek. Banyak pilihan lauk yang tersedia. Pembeli tinggal pilih saja.
Meski ada banyak pilihan lauk namun ada lauk wajib. Lauk ini harus ada dalam setiap penyajiannya, yaitu urap-urap, gimbal empuk, pletuk, letok tahu atau tahu bumbu bali. Urap-urap ini berupa aneka sayuran yang dikukus kemudian diurap (dicampur) dengan kelapa muda berbumbu. Sayuran yang digunakan biasanya hanya tiga jenis.
Kalau gimbal empuk adalah tepung yang sudah dibumbui lalu digoreng. Pletuk adalah taburan penyedap. Berupa kacang kedelai yang disangrai lalu ditumbuk halus. Letok tahu ini semacam sambel tumpang yang ada tahunya. Sambel tumpang ini biasanya ada di nasi pecel kediri. Namun pada letok tempenya sangat halus. Tidak ada tekstur kasar sama sekali. Kalau tahu bumbu bali tidak perlu dijelaskan lagi.
Lauk tambahannya ada banyak, antara lain ayam, udang, bandeng, ikan gabus, ikan sili, telur asin, sate hati ampela dan telur dadar. Semua lauk ini digoreng (kecuali telur asin) dan disajikan dalam wadah lebar. Pembeli tinggal pilih atau ada juga yang ambil sendiri. Untuk telur dadar biasanya digoreng dengan tepung. Penampakannya jadi lebih tebal. Mirip seperti telur dadar yang disajikan rumah makan Padang.
Bintang utama nasi boran adalah sambel merah. Pada beberapa penjual rasa sambal merah ini seperti bumbu bali yang pedes banget. Namun ada juga yang rasanya seperti sambal bajak tapi teksturnya lebih encer dan berminyak. Beberapa penjual juga ada yang menyediakan nasi jagung selain nasi putih.
Pada jaman penjajahan, lauk tambahan nasi boran hanya berupa tempe goreng, bandeng atau ikan laut. Telur dan aneka ikan lainnya tidak ada karena harganya mahal. Bandeng atau ikan laut hanya dijual oleh penjual yang suaminya buruh tambak atau nelayan.
Nasi Boran Brawijaya Surabaya
Saya ketemu nasi boran di Surabaya ini secara kebetulan. Lokasinya di pojok perempatan Jalan Hayam Wuruk. Perempatan yang ada Brawijaya Driving Range dan Puri Hayam Wuruk. Nasi boran ini ada di trotoar dekat gerbang masuk ke komplek perumahan Kodam Brawijaya. Kelihatan sekali tenda dan bannernya.
Nasi boran Lamongan biasanya menggunakan sambal merah. Kalau di sini menggunakan sambal kuning. Sambal kuning ini ada campuran tahunya. Seperti bumbu kare tapi lebih kental dan kunyitnya lebih banyak. Jadi warnanya kuning gelap dan rasanya pedas. Urap-urap tetap ada. Tidak ada pletuk dan gimbal empuk. Aneka lauk yang tersedia sama dengan nasi boran lainnya.
Peyek tetap ada. Pakai peyek isi ebi kering. Kalau mau leboh pedas ada tambahan sambel bajak yang seperti sambal bajak pada umumnya. Seperti sambal bajak yang ada di nasi campur. Bukan sambel merah. Bisa dikatakan ini nasi boran minimalis. Rasanya enak. Lumayan kalau untuk obat kangen nasi boran yang ada di Lamongan.
Buka setiap hari mulai jam 08.00 - 13.00. Pernah juga lewat sini sekitar jam 12 siang sudah habis. Kalau ke sini lebih baik pagi saja. Untuk harga tidak mahal. Saya makan dengan lauk telur dadar Rp 10.000. Buat warga Surabaya, yang kangen nasi boran bisa langsung ke sini.
Baca juga:
Komentar
Posting Komentar