Yakin banyak yang pernah punya teman yang menjengkelkan. Minimal berinteraksi. Dari mulai kita kecil sampai sudah tua, teman yang menjengkelkan akan selalu hadir. Mungkin Allah sengaja menciptakan orang ini untuk membuat hidup kita lebih menantang.
Memang sih kalau ada teman yang menjengkelkan ini menjadi makin seru pertemanan kita. Ada drama yang bisa bikin emosi jiwa. Namun dilain pihak juga bisa bikin ketawa geli sendiri.
Ada beberapa tips yang saya gunakan agar tetap waras kalau punya teman yang menjengkelkan. Asli ini hanya sekedar tips dari pengalaman pribadi saya saja. Mungkin tidak cocok jika diterapkan secara langsung ke kehidupan orang lain. Namun siapa tahu bisa bermanfaat memberikan solusi buat yang lain. Berikut ini 3 tipe temna yang menjengkelkan dan cara menghadapinya.
1. Nyinyir
Nyinyir dengan cerewet beda nggak? Kalau menurut saya berbeda. Cerewet meski mempunyai konotasi negatif tapi trkadang cerewet mempunyai tujuan positif. Untuk memperbaiki atau membuat lebih baik lagi. Terkadang memang kalau kita menyuruh seseorang agar jadi baik atau lebih baik harus dikatakan secara berulang-ulang. Kesannya jadi cerewet.
Kalau nyinyir ini arahnya lebih destruktif. Komentar negatif tapi tidak memberikan solusi. Lebih ke komentar yang mengganggu kestabilitas mental. Tentu saja juga bisa menghabiskan energi karena transfer energi negatif yang masuk ke tubuh.
Terkadang nyinyir ini juga mengarah ke julid. Perkataan negatif memang menyesakkan. Komentar julidnya yang kebetulan mampir di media sosial kita ternyata juga menyesakkan dada. Apalagi pas kita baca dalam kondisi tidak mood. Ambyar wis.
Kalau yang nyinyir ini teman di dunia maya dan hobi nyinyir di status? Gampang banget solusinya. Hide status dia. Timeline kita dijamin aman. Mata tak perlu sepet baca nyinyirannya. Bisa juga di unfollow.
Nah kalau ternyata kita berteman dengan si nyinyir ini di dunia nyata. Ini nih yang lumayan menguras kesabaran. Apalagi harus sering ketemu karena pekerjaan atau urusan komunitas. Kalau saya sih lebih baik menghindar saja. Kalau sekedar say hallo dan basa-basi sebentar tak masalah. Kalau harus ngobrol lama lebih baik tidak. Apalagi kalau mood sedang tidak bagus.
2. Tidak Bisa Simpan Rahasia
Kalau sudah kena teman yang tidak bisa simpan rahasia ini susah banget. Kita harus ektra hati-hati biacara tentang sesuatu. Terlebih kalau pas kumpul orang banyak. Jadi mikir dulu mana yang bisa dibicarakan dan mana yang bisa disimpan. Capek jadinya. Tidak bisa ngobrol leluasa. Kalau sedang kumpul dengan teman, inggin sekalian refreshing. Eh ini malah jadi tegang sendiri. Kan jadi nggak enak.
Terkadang kalau ada teman yang tiba-tiba datang lalu tak sengaja berbicara sesuatu yang seharusnya rahasia. Sudah kasih kode ke teman terasebut untuk diam, eh dia tidak paham. Alamat rahasia bocor.
Saya tidak menyalahkan teman yang terlanjur bicara hal yang rahasia tersebut. Bisa jadi dia tidak tahu kalau ada teman yang tidak bisa menyimpan rahasia. Bisa jadi juga dia terlupa. Satu hal yang pasti. Jadi tidak nyaman suasananya.
Kalau saya pribadi lebih baik menjauhi teman yang tidak bisa menyimpan rahasia. Demi ketenangan dan kenyamanan. Rasanya tidak nyaman banget kalau sesuatu yang seharusnya hanya diketahui kalangan terbatas jadi diketahui orang banyak.
Biasanya kalau sampai kejadian sebuah rahasia tersebar lalu ditelusuri. Ketahuan kan siapa yang menyebarkan. Jika dikonfirmasi si penyebar berita akan berkelit-kelit tidak jelas. Malah saya sendiri yang capek. Bukan sekedar capek fisik tetapi juga capek hati. Kalau menurut saya, lebih baik putus hubungan saja. Tidak perlu berteman dengan orang yang bersifat seperti ini.
3. Bermuka Dua
Ini termasuk tipe teman yang sangat menjengkelkan buat saya. Paling tidak bisa dipegang omongannya. Paling diragukan kesetiannya. Paling tidak bisa jujur.
Saya paling males berteman dengan orang yang sifatnya seperti ini. Kalau di depan kita bisa baik banget. Ucapannya manis dan menyanjung. Lain lagi ucapan dan sikapnya kalau dibalik punggung, menjelek-jelekan saya. Bisa jadi bahkan menghianati saya.
Saya pernah punya teman seperti ini. Awalnya kita berteman dekat. Begitu saya tahu sifat aslinya rasanya bukan sekedar kecewa tetapi patah hati. Butuh waktu panjang untuk memulihkan kepercayaan yang terkoyak.
Saya bahkan sampai tidak percaya dengan beberapa teman-teman saya. Untuk yang termasuk teman baru. Pertemanan yang masih hitungan bulan atau beberapa tahun. Kalau teman lama yang sudah puluhan tahun tak perlu diragukan lagi.
Kalau pas tahu ada teman yang bermuka dua, saya konfirmasi langsung. Saya panggil yang mendengar langsung dia berkata buruk tentang saya. Kebetulan waktu itu dia membela diri dengan memutar balikkan kata-katanya. Kalau dicocokkan dengan fakta yang ada tidak masuk akal.
Ya sudahlah. Saya mengalah. Terserahlah dia mau bicara apa. Selama antara ucapan dan berbagai faktanya berbeda sudah bisa jadikan dasar untuk mengambil langkah tegas. Selesai sudah pertemanan kami. Saya tidak bisa mempunyai teman yang bermuka dua. Saya tidak punya kesabaran lebih untuk menhadapi orang yang seperti ini.
Itu semua adalah tips dari saya pribadi berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami. Mungkin tidak semua orang akan mengambil sikap yang sama seperti saya. Itu adalah hak masing-masing orang. Pastinya harus jujur dalam berteman. Kalau kejujuran menjadi pondasi dasar insyaa Allah pertemanan akan awet hingga akhir usia.
Kalau memang sudah tidak cocok berteman ya sudah cari teman yang lain. Tidak perlu dipaksakan. Bisa juga berteman sekedarnya saja. Teman basa-basi atas nama pergaulan sosial semata.
Foto: koleksi pribadi
Komentar
Posting Komentar