Mie pangsit atau mie ayam?
Makanan ini adalah favorit sejuta umat. Baik yang kaki lima di pinggir jalan ataupun di tempat makan mentereng dengan harga berkali lipat. Makanan ini hadir di seluruh pelosok Indonesia. Bahkan sulit mendeteksi darimana pertama kali makanan ini berasal. Mie ini sebenarnya diperkenalkan oleh para pendatang dari Tiongkok.
Nama aslinya adalah bakmie. Sesuai dengan namanya, Bak dalam bahasa Hokkien artinya daging. Berhubung masyarakat Tionghoa sering masak menggunakan babi maka daging yang dipakai dalam bakmie adalah daging babi.
Pada awalnya, makanan ini memang menggunakan daging babi. Bumbu baluran mie juga menggunakna minyak babi. Seiring perjalanan waktu dengan semakin banyaknya masyarakat muslim, makanan ini pun berevolusi. Daging babi diganti dengan daging ayam. Bumbu mie diganti menggunakan minyak wijen.
Ada beberapa versi dari mie ayam. Ada mie ayam biasa, ada pula pangsit mie atau mie ayam pangsit. Ada juga yang menyebut pangsit mie Jakarta atau mie ayam Jakarta. Perbedaan kedua makanan ini ada pada kondimen.
Kalau mie ayam biasa menggunakan sayur sawi yang direbus. Ayamnya basah dan ada sedikit kuahnya. Ada tambahan lauk bakso. Sedangkat pangsit mie ayam atau mie pangsit menggunakan sayur selada air mentah. Ayamnya dibumbu kering. Ada tambahan pangsit kering. Ada juga yang memberi pangsit rebus dan pangsit kering sekaligus. Sebagai tambahan, ada bakso.
Sedangkat pangsit mie Jakarta atau mie ayam Jakarta sebenarnya sama saja dengan pangsit mie ayam atau mie pangsit. Kondimen dan rasanya sama persis. Mungkin saja karena banyak penjualnya di Jakarta. Bisa juga karena memang sudah ada merek penjual dengan menambahkan Jakarta nama merek mie ini.
1. Mie Pangsit Jakarta Kantor Pos Jalan Taman Apsari
Lokasinya di kantin belakang Kantor Pos Jalan Taman Apsari Surabaya. Saya sudah makan di sini sejak tahun 1994. Kebetulan saya sekolah di SMAN 6 Surabaya yang lokasinya berseberangan dengan Kantor Pos Taman Apsari. Saat saya awal kelas 1 SMA, pertama coba langsung suka. Rasanya pas sesuai selera saya dan porsinya fleksibel, tergantung request yang beli.
Saat saya SMA hampir setiap hari ke sini. Kuliah jarang ke sini. Pas kerja di daerah Kayoon sering ke sini lagi. Saat pertama kali saya makan sampai sekarang rasanya tetap sama. Paling khas di sini adalah bumbu ayam dan mienya. Meski dimakan tanpa kuah mienya tetap berbumbu. Enak meski dimakan kering.
Waktu SMA, penjualnya adalah Bapak dan Ibu. Bapak asli Jakarta yang hijrah ke Jalan Kaliasin gang pompa. Maka itu rasa mie pangsitnya benar-benar terasa sentuhan Jakarta. Saat Bapak meninggal yang jual Ibu dan anak lelakinya. Untung rasanya tidak ada perubahan sama sekali. Hanya porsinya lebih sedikit.
2. Mie Pangsit Jakarta Parkir Belakang FISIP Unair
Ini mie pangsit Jakarta langganan saya dari jaman kuliah. Tahun 1997 - 2003, Mas pangsit jualan di dekat pintu masuk parkir mobil belakang FISIP Unair. Hanya rombong saja tanpa meja kursi. Kalau mau makan harus cari tempat duduk dulu. Bisa duduk lesehan di trotoar pinggir jalan, makan di koridor belakang FISIP atau makan dimana saja bebas. Asal mangkok dan sendok garpu balik lagi.
Ini adalah mie pangsit jakarta paling populer bagi warga kampus B Universitas Airlangga. Rasanya paling enak, porsinya besar dan harganya murah. Porsi mahasiswa. Meski murah tapi rasanya tetap juara. Mas Pangsit juga baik banget. Boleh nambah porsi. Hanya mie yang boleh tambah dengan harga yang sama.
Saat kampus FISIP direnovasi, mie pangsit ini pindah ke kantin Fakultas Ilmu Budaya. Lokasi baru ini ada di depan Lapangan Parkir Belakang FISIP. Masih dalam satu area. Lebih enak sekarang, kalau makan pas hujan tidak perlu lari-lari mencari tempat berteduh.
3. Mie Pangsit Jakarta Ketintang Madya 7
Saya paling suka makan di tempat ini. Mie Pangsit Jakarta Ketintang madya 7 ini ada di sebelah kebun jagung, Tepatnya sebelah komplek perumahan Ketintang Residence. Tempat makan konsepnya terbuka. Hanya ada atap terpal. Jadi pas makan bisa sambil menikmati semilir angin dari kebun jagung.
Mie pangsit Jakarta di sini mienya sudah berbumbu enak. Meski dimakan kering tetap bisa. Bumbu ayam dan pangsitnya juga enak. Apalagi makannya ditemani semilir angin sejuk dari kebun Jagung. Aroma jagung ini juga mempengaruhi napsu makan. Saya sering tambah pangsit goreng kalau makan di sini.
Mie Pangsit Jakarta di Jalan Ketintang Madya 7 ini buka setiap hari. Mulai jam 10 sampai habis. Saya tidak bisa memprediksi jam habisnya. Memang tidak menentu. Saya pernah ke sini jam 3 sore sudah habis. Suatu saat lewat jalan ini, jam 5 sore masih buka.
Waktu terbaik untuk makan di sini sekitar jam 11. Kalau sudah masuk jam makan siang atau setelah sholat dhuhur biasanya ramai pengunjung. Berhubung tempat duduk dan meja terbatas. Anda akan tidak nyaman kalau makan pas ramai pengunjung.
4. Mie Pangsit Jakarta Telkom Ketintang
Saya berkenalan dengan mie pangsit jakarta ini secara tak sengaja. Beberapa tahun lalu, saya ada acara di masjid Takhobar Telkom Ketintang. Selesai acara, saya kelaparan. Saya bergegas keluar masjid dan menuju ke jalan ketintang. Banyak penjual makanan di sepanjang jalan ini.
Saat keluar pintu gerbang, saya langsung melihat Mie Pangsit Jakarta ini. Posisi tempat makan ini pas di sebelah kiri pintu gerbang menuju masjid Takhobar Telkom kalau dari Jalan Ketintang. Ya sudahlah langsung saja belok kanan. Kebetulan saya suka dengan mie pangsit Jakarta.
Salah satu yang saya suka di sini adalah mienya lembut. Teksturnya pas. Tidak keras tapi juga tidak benyek. Selain itu bumbu mie dan ayam enak banget. Komposisi bumbunya pas sesuai dengan selera saya. Perlu diketahui kalau tempat ini selalu ramai. Saya hanya sekali makan di tempat. Lebih sering beli dan bawa pulang.
Ini adalah salah satu kelebihan lainnya. Kalau dibawa pulang mienya tidak keras. Biasanya kalau sudah dingin tekstur mie akan mengeras dan harus dipanaskan lagi kalau mau dimakan. Kalau mie dari tempat ini tektur tetap kenyal pas sampai rumah.
5. Mie Pangsit Jakarta SMP 34
Kalau mie ayam satu ini yang paling sering saya datangi. Kebetulan lokasinya dekat rumah. Sama dengan 4 mie ayam Jakarta sebelumnya. Mienya sudah dibumbui. Meski dimakan polosan tanpa kuah tetap enak.
Satu lagi yang istimewa di tempat ini adalah kuahnya. Kuahnya segar dan jernih. Padahal rasanya full bumbu tadi tidak terlihat endapan bumbu. Rasa kuahnya tidak asin. Pas komposisi bumbunya. Rasa bumbu ayam juga pas dengan selera saya.
Saya pernah mengulas tentang tempat ini. Silahkan bagi yang mau info lebih lengkap ada di sini.
Foto by Ugik Madyo
wah boleh nih rekomendasinya.. ada yg deket kantor suami di ketintang.makasih ya mbak infonya.
BalasHapusTerima kasih kembali. Semoga cocok rasanya.
HapusPernah jualan di sebelah kantor pos Jemursari ta pak?
BalasHapustidak pernah
Hapus