Alhamdulillah. Satu tahun sudah kita mengalami pandemi. Alhamdulillah kita masih sehat dan semoga selalu sehat hingga pandemi ini berakhir. Kondisi ekonomi di banyak negara -termasuk negara kita- sangat menurun saat pandemi. Gelombang PHK terjadi dimana-mana. Bukan saja perusahaan kecil atau menengah. Perusahaan besar yang sudah stabil berdiri selama puluhan bahkan ratusan tahun juga goyah.
Pada setiap musibah pasti ada keajaiban-keajaiban yang kelihatnnya kecil. Nyatanya kejaiban ini mampu menerbitkan harapan baru. Juga kebahagiaan. Ada beberapa komoditas yang tetap bertahan tanpa tergoyahkan. Salah satunya adalah komoditas pangan. Mulai dari bahan mentah, setengah matang sampai matang tak ada matinya. Dari hulu sampai hilir tak terputus supply dan demand.
Coba Anda amati. Selama pandemi, pasar tradisional dan toko kelontong tak pernah sepi. Pembeli datang dan pergi sepanjang waktu tanpa ada hari libur. Masyarakat lebih memilih belanja ke pasar tradisional karena pasokan bahan pangan selalu segar setiap hari.
Kalau belanja ke toko kelontong karena alasan praktis. Dekat rumah. Belanja tanpa ribet dengan berbagai protokol kesehatan. Penjualan dilakukan dalam satu area. Antara pembeli sudah saling mengenal. Otomatis akan mudah tracking jika ada yang positif Covid19.
Selain itu daya beli masyarakat selama pandemi menurun. Banyak masyarakat yang meninggalkan kebiasaan belanja langsung untuk kebutuhan satu bulan. Alasannya sederhana, tak ada cukup uang untuk belanja dalam jumlah banyak. Belanja dilakukan sesuai dengan kebutuhan harian atau mingguan. Penyesuaian dengan kondisi keuangan rumah tangga.
Banyaknya masyarakat yang merubah pola belanja inilah, yang membuat toko kelontong semakin diminati. Kalau cuma beli kecap 1 biji, beras buat seminggu atau telur setengah kilo buat apa ke supermarket. Berat diongkos dan ribet juga. Harus pakai baju bagus, dandan, pakai masker dan bawa segala printilan kalau pergi keluar rumah. Jika belanja ke toko kelontong tetangga bisa tetap pakai daster, sandal jepit, pakai masker, dan bawa hand sanitizer. Keluar rumah jalan kaki sambil bawa dompet. Selesai.
Berawal dari sinilah saya mulai merancang impian ingin buka toko kelontong. Kebetulan toko kelontong terdekat lumayan jauh dari rumah. Kebetulan Mbah saya dulu semasa hidup membuka toko kelontong di rumah. Saya mengamati kalau toko kelontong ini bisa jadi bisnis jangka panjang.
Pembeli datang dan pergi. Meski belinya sedikit-sedikit tapi kontinyu. Lumayan banget bisa menghidupi seluruh anggota keluarga. Mulailah saya merancang rencana membuka toko kelontong sebagai bisnis impian.
1. Modal Awal
Pondasi dasar saat membuka toko kelontong adalah modal awal. Masalah ini lumayan bikin saya pening. Saya teringat dengan salah satu sahabat saya yang membuka toko kelontong. Sebagai modal awal berjualan, Dia membutuhkan uang 20 juta. Itu hanya untuk barang dagangan saja. Belum renovasi rumah bagian depan untuk dijadikan toko.
Waduh. Kalau butuh modal 20 juta, saya mundur pelan-pelan. Tabungan saya nggak cukup. Kalau harus berhutang ogah banget. Saya masih punya tanggungan hutang yang ingin saya lunasi semuanya di tahun 2021. Saya tidak ingin menambah hutang baru.
Ah, masa sih nggak ada jalan keluar untuk permasalah modal ini. Mulailah saya tanya ke teman dan tetangga yang punya toko kelontong. Plus searching di google. Aha. Akhirnya saya ketemu dengan website Indo Suplay Chain (ISC). Saya bisa beli barang yang akan saya jual nantinya di sini. Harga barang di sini cukup kompetitif dengan harga di pasaran.
Saya cukup mendaftar sebagai mitra tanpa biaya. Gratis. Status keanggotaan saya nantinya akan berlaku seumur hidup. Saya hanya perlu belanja di ISC minimal Rp 95.000/bulan. Wah, ringan sekali ini untuk syarat pembelian minimal. Apalagi barang akan langsung di kirim ke rumah saya dan gratis ongkos kirim.
Ini bisa dibilang bisnis tanpa modal. Saya tak perlu menabung lama untuk membuka toko kelontong. Saya bisa mencicil beli barang dagangan sekaligus bisa langsung berjualan. Bisnis impian saya bisa langsung terwujud nih. Apalagi ada sistem komisi 1% dari setiap pembelian. Saya bisa menurunkan harga demi menambah jumlah pelanggan. Toh saya sudah mendapat keuntungan dari komisi pembelian setiap bulan.
2. Tempat Usaha
Satu lagi masalah yang cukup menganjal selama merencanakan usaha toko kelontong. Saya masih numpang di rumah mertua. Tak memungkinkan bagian depan rumah untuk dijadikan toko. Pasti akan makan tempat yang lumayan luas. Saya juga khawatir kehadiran toko ini akan mengganggu kenyamanan penghuni rumah lainnya.
Kalau nanti pas jualan beli barangnya di ISC, masalah yang satu ini akan ada solusinya. Stock barang di ISC selalu ready. Ini berarti saya tak perlu stock terlalu banyak barang. Pengiriman barang paling lambat H+7 setelah pembayaran. Saya mungkin akan mengakalinya dengan menyediakan banyak macam barang. Hanya saja setiap item barang kuantitasnya sedikit.
Kalau pakai cara ini akan menghemat tempat meski saja banyak barang dagangan. Sekalian saya bisa menjajaki selera konsumen. Barang apa saja yang sekiranya dibutuhkan pembeli. Kalau saya pakai cara ini bisa menghemat modal awal. Saya hanya perlu memprioritaskan belanja barang yang memang banyak dibutuhkan pelanggan.
3. Strategi Pemasaran
Modal dan tempat usaha sudah tak ada masalah. Maka urusan strategi pemasaran ini yang harus saya pikirkan secara matang. Saya sudah punya gambaran. Nanti saya akan menerapkan pemasaran secara offline dan online.
Pemasaran online ini salah satu ihktiar untuk jemput bola ke pelanggan. Memang tujuan utama saya untuk melayani masyarakat di sekitar rumah. Hanya saja, saya ingin nantinya toko ini perlu sounding dengan jangkauan yang lebih luas. Target saya ke tetangga komplek kanan dan kiri.
Kalau masih tetnagga komplek kan bisa diantar dengan gratis ongkos kirim. Saya sudah hitung kira-kira berapa banyak bensin yang diperlukan. Untuk jarak yang dekat masih cukup keuntungan untuk menutup biaya bensin.
Pemasaran online ini juga akan saya gunakan untuk memasarkan barang yang hanya dibutuhkan oleh kalangan tertentu, misalnya beras merah, kaldu jamur atau aneka jenis kopi premium. Sebenarnya bisa saja semua barang dipasarkan secara online. Tinggal pasang status di whatsapp (WA). Bisa juga kirim pesan ke grup RT, PKK, atau dasawisma. Sepertinya saya lebih memilih memanfaatkan status WA untuk posting promo atau harga baru.
Nah selesai sudah semua rencana usaha toko kelontong. Ternyata merencanakan bisnis impian tak serumit yang saya bayangkan selama ini. Alhamdulillah dipertemukan dengan website Indo Supply Chain. Saya jadi bisa mengira-ngira produk yang akan saya jual dan perhitungan harganya. Ada ratusan produk yang dijual ISC.
Perusahaan ini sudah berdiri sejak tahun 2017. ISC telah bekerjasama dengan puluhan UKM sebagai penyedia produk ISC hingga saat ini. Puluhan UKM tersebut tersebar di Pulau Jawa dan Bali. ISC juga sudah mempunyai 5 cabang selain Jakarta, yaitu di Bandung, Semarang, Surabaya dan Bali.
Sedangkan jangkauan area pengiriman barang meliputi kota Karawang, Tasikmalaya, Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta, Solo, Sidoarjo dan Malang. Kalau jadi mitra ISC tak perlu khawatir soal pembelian dan pengiriman. Tinggal instal aplikasi ISC. Daftar, pesan barang, pembayaran dan konfirmasi pengiriman langsung dilakukan di aplikasi tersebut.
Bagaimana dengan bisnis impian Anda? Apakah ingin membuka toko kelontong juga seperti saya?
Tulisan ini diikutsertakan pada Blogging Competition Indo Supply Chain bersama komunitas blogger Gandjel Rel.
ISC ini membantu banget ya untuk kita yang butuh penghasilan tambahan sambil berbelanja kebutuhan sehari-hari..
BalasHapusIya say. Selain bisa belanja untuk diri sendiri juga bisa dijual lagi.
Hapus