Adik setelah sholat subuh tidur lagi. Pas dia bangun, kaget. Kok Kakak sudah tidak ada. Adik buru-buru bangun.
Adik celingukan di depan kamar. Sepi. Tumben rumah Nenek sepi begini. Biasanya selalu banyak orang. Dapur juga ramai. Tidak ada bau masakan juga.
"Eh, anak ganteng sudah bangun to." Nenek tiba-tiba muncul dari dapur sambil membawa nampan, "Ayo sini. Semuanya sudah kumpul dari tadi."
Nenek memberi isyarat agar Adik mengikuti Beliau. Adik berjalan pelan di belakang Nenek. Mereka berjalan ke arah depan rumah.
"Wah. Telat. Sudah habis semua, nih." tiba-tiba terdengar suara Bapak.
Adik tak menghiraukan. Dia melihat lurus ke depan rumah. Terlihat Gunung tinggi di kejauhan. Itu Gunung Merapi, kata Kakek. Dahulu, Adik selalu suka berlama-lama duduk di teras rumah. Hanya melihat Gunung dikejauhan. Dia sudah bahagia. Sudah lama sekali, Adik tidak melihat Gunung itu.
"Dek, kok diam saja. Masih ada kok makanannya. Sudah ibu sisihkan." ucap Ibu lembut sambil memeluk Adik dari belakang.
Ibu menarik Adik lembut. Di bayang bambu sudah tersedia aneka gorengan, teh hangat dan kopi. Kakak, Bapak, Kakek dan Nenek duduk melingkar di bayang bambu. Kakak mengambil singkong rebus dari nampan yang dibawa Nenek tadi.
Adik mengambil tempe mendoan. Dia duduk di kursi kayu dekat pintu. Adik mengunyah perlahan. Matanya lekat memandang Gunung Merapi dikejauhan.
Komentar
Posting Komentar