Penulis: Ugik Madyo
Kakak dan Adik masih menginap di rumah Kakek Nenek. Rutinitas setiap pagi adalah jalan kaki keliling Desa. Pagi ini Adik berjalan dengan Ibu. Sementara Kakak dan Bapak lari-lari. Biasanya Adik ikut juga tapi Dia sedang malas hari ini.
Adik dan Ibu jalan-jalan di pinggir sawah. Adik tiba-tiba berhenti. Dia berjongkok. Ibu mendekat.
Adik: Ini apa, Bu? (menunjuk tanaman perdu di depannya)
Ibu: Itu Bunga Putri Malu.
Adik: Kenapa dinamai Putri Malu?
Ibu: Soalnya kalau disentuh daunnya langsung menutup semua (menyentuh beberapa tangkai daun Putri Malu)
Adik: Dia kayak gitu karena malu?
Ibu: Katanya sih gitu.
Adik: Kayaknya enggak lah, Bu. (Adik menyentuh beberapa tangkai daun Putri Malu). Ini bukan Putri Malu tapi namanya Bunga Mengkerut.
Ibu: Maksudnya?
Adik: Yang namanya Putri itu cantik. Pakai baju cantik juga. Ini bunganya loh biasa. Nggak cantik. Daunnya juga biasa. Nggak indah blas. Lagian dia mengkerut bukan karena malu tapi nggak suka disentuh. Kalau ditiup loh dia tetap mekar daunnya.
Ibu: Gitu ya (Ibu garuk-garuk jilbabnya. Lalu berjalan menuju rumah Kakek)
Adik: (Adik menoleh ke samping. Ibu berjala menjauh. Adik bangkit) Ibu... aku kok ditinggal.
Ibu: Kirain masih mau meneliti Putri Malu.
Adik: No! No! No! Bunga Mengkerut namanya. Bukan Putri Malu.
Ibu: Iya, deh.
Ibu tetap berjalan. Adik sudah sampai di samping Ibu. Adik memegang telapak tangan Ibu. Perempuan itu melirik bocah kecil yang dahinya masih berkerut sambil komat-kamit. Ibu menghela nafas.
Komentar
Posting Komentar