Apa maksudnya berprofesi ganda? Punya pekerjaan lebih dari satu.
Bagaimana rasanya berprofesi ganda? Seru. Capek juga pastinya. Kalau sudah biasa ya tak terlalu terasa capek. Lebih banyak serunya.
Saat ini saya berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga, content writer, jualan online dan juga bantu usaha suami. Sebenarnya sudah sejak jaman kuliah semester dua saya sudah bekerja dengan pekerjaan double. Saat itu saya bekerja di MarkPlus Marketing Research dan LitBang Kompas wilayah Jawa Timur. Plu ikut berbagai penelitian Dosen, tugas saya sebagai analis data penelitian dan team Leader. Ketiga pekerjaan ini saya lakoni mulai semester 2 sampai lulus kuliah.
Awalnya memang berat. Waktu itu motivasi saya kerja karena terpaksa. Saat krisis moneter kantor Bapak bangkrut. Pilihan saya cuma satu. Kalau mau tetap kuliah harus sambil kerja. Kuliah bayar sendiri. Saya baru lulus SMA dan selama itu hanya bisa minta uang Orang Tua.
Cari kerja tanya sana sini. Awalnya saya cuma punya satu pekerjaan tapi nggak cukup buat bayar SPP, makan, transport dan biaya perkuliahan. Akhirnya merangkap sampai 3 pekerjaan sekaligus. Untunglah semua pekerjaan freelance. Saya bisa atur waktu antara kerja dan kuliah. Alhamdulillah meski kuliah 5 tahun, IPK saya 2,75.
Sebenarnya saya dilarang lulus dulu sama dosen wali. Disuruh ambil 1 semester lagi biar IPK 3 lebih. Tapi saya menolak karena saya sudah dapat tawaran kerja yang bagus. Mumpung ada kesempatan langsung saya terima saja.
Jadi sampai sekarang punya pekerjaan double ya dinikmati saja. Kalau sudah biasa tak akan terlalu terasa berat. Memang butuh waktu untuk beradaptasi. Berikut ini tips dari saya untuk survive dengan profesi ganda:
1. Manajemen waktu
Ini syarat wajib yang tidak bisa ditawar. Manajemen waktu harus bagus. Buat perencanaan waktu yang detail setiap hari. Bukan sekedar bikin jadwal to do list tapi harus dijalankan dengan disiplin tinggi. Patuhi betul. Meleset 1 menit dari, bisa buyar semua rencana kerja sampai akhir.
Saya selalu bikin rencana harian yang realistis. Kalau kemampuan diri hanya 70% jangan bikin target 80%. Lebih baik melakukan target sesuai kemampuan dengan hasil yang nyaris sempurna. Daripada pasang target tinggi tapi tapi hasil kerjanya B. Hal ini akan mengecewakan banyak pihak. Bukan cuma bikin kecewa atasan atau client tapi juga diri sendiri.
2. Jaga kesehatan
Jika badan sehat maka akan bisa fokus menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat dan hasil yang maksimal. Kalau memang kondisi tubuh sedang tidak sehat lebih baik berhenti sejenak. Istirahat dahulu sampai tubuh benar-benar pulih.
Saya pernah mengalami pembengkakan jantung karena terlalu kecapekan. Saat itu saya masih kuliah dan merangkap bekerja di 3 kantor plus masih aktif di organisasi kampus. Dokter menyuruh istirahat total selama 1 tahun. Akhirnya saya mengundurkan diri dari kepengurusan organisasi kampus. Selama masa pemulihan saya masih tetap bekerja tapi semua load pekerjaan saya kurangi 50%. Kalau tidak kerja, saya tak bisa periksa ke dokter dan bayar kuliah.
Sejak saat itu saya belajar lebih peka dengan alarm tubuh. Saat tubuh mengirimkan signal capek. Maka saya harus segera istirahat. Daripada harus bedrest lama lagi. Bosen tiduran terus. Alhamdulillah saya baik-baik saja hingga hari ini. Jantung tidak pernah lagi bermasalah.
Sayangilah kesehatan tubuh. Saat kita sakit atau meninggal, perusahaan akan mendapat pegawai baru dengan mudah. Kita yang rugi. Tidak bisa tinggal bersama keluarga lagi. Sementara keluarga juga terluka karena kehilangan kita.
4. Berdamai dengan diri sendiri.
Maksudnya di sini adalah ukur kemampuan diri sendiri. Kalau hanya mampu melakukan 2 pekerjaan, jangan ambil 3 pekerjaan sekaligus. Kalau memang manajemen waktu belum bagus ya harus belajar terus. Jika tak bisa disiplin waktu lebih baik jangan ambil 2 pekerjaan sekaligus. Daripada nanti keteteran. Tak bisa kerja secara maksimal.
Uang dan prestasi kerja memang penting. Namun kita harus tahu diri. Apalagi buat yang sudah menikah. Tak mungkin mendedikasikan semua waktu untuk bekerja seperti saat masih lajang. Ada hak pasangan dan anak-anak yang harus juga kita penuhi. Jangan sampai pasangan dan anak terabaikan. Nanti akan jadi bon waktu yang mungkin saja akan membuat hidup kita merana.
Inilah ceritaku yang punya profesi ganda. Apakah kita punya cerita yang sama?
Komentar
Posting Komentar