Habis sholat isya. Mager. Kebetulan tidak ada deadline kerjaan. Mau nonton Drama Korea kok belum ada judul baru yang sreg. Ya sudahlah. 'Main' ke televisi lokal saja. Mumpung waktunya jam tayang Drama Indonesia Preman Pensiun.
Kenapa Preman Pensiun?
Loh. Kok sudah Preman Pensiun session 7. Padahal minggu lalu masih session 6. Wah bongkar dulu file rekamannya. Untunglah, saya hanya ketinggalan 1 episode untuk session 6. Episode terakhir.
Saya sudah menonton sinetron Preman Pensiun mulai session 1. Saya tertarik menonton drama ini karena ada Pak Didi Petet. Beliau sampai mau main di sinetron, ada apakah ini? Pak Didi Petet terkenal sangat selektif memilih peran. Hal inilah yang membuat saya tertarik menonton serial ini pertama kali.
Pak Didi Petet berperan sebagai Kang Bahar. Pimpinan preman paling disegani. Beliau adalah pucuk pimpinan tertinggi di Bandung. Semua jalan, parkiran dan terminal dalam kekuasaan Kang Bahar. Beliau seperti The Godfather.
Wuih. Bengis kah? Tidak. Beliau pendiam dan sangat menjaga semua anak buahnya. Hanya saja kalau sudah diganggu. 'Habis' tuh orang yang ganggu. Kang Bahar seorang family man. Sangat sayang pada istri dan ketiga anak perempuannya.
Kang Bahar juga ringan tangan. Siapa saja yang minta pertolongan pasti dibantu. Pergaulannya luas. Mulai dari pejabat, kalangan atas sampai pedagang di pinggir jalan hormat pada Baliau. Para musuh pun segan pada Beliau.
Suatu saat istri Beliau sakit dan meninggal. Sebelum meninggal, Sang Istri punya permintaan ingin berkumpul dengan suaminya di Surga. Lah Kang Bahar kan bingung. Pekerjaannya ya begitulah. Namanya juga preman. Sholat saja tidak pernah. Bahkan tidak tahu bagaimana cara sholat.
Setelah istrinya meninggal, Kang Bahar mulai mundur dari Singgasana Bos Preman. Beliau menyerahkan tambuk pimpinan ke Kang Mus a.k.a Muslihat (Epy Kusnandar). Tangan kanan Kang Bahar.
Kang Mus bersama Ujang (kiri) dan Cecep (kanan) |
Sementara Kang Bahar mulai pensiun. Pertama kali yang Beliau lakukan adalah belajar sholat. Saya paling ngakak pas adegan Amin (Sandi Tile) diminta beli buku tata cara sholat. Amin ini adalah sopir keluarga Kang Bahar.
Amin tanya siapa yang mau belajar sholat tidak dijawab. Akhirnya Amin beli beberapa buku belajar sholat. Versi untuk anak-anak, remaja, dewasa dan khusus orang tua. Tentu saja Kang Bahar menerima kresek belanjaan dari Amin dengan muka masam.
Sayangnya masuk session 2, Pak Didi Petet meninggal. Begitu pula tokoh Kang Bahar. Padahal Kang Bahar ini daya tarik utama drama ini.
Untunglah ada beberapa pemain dengan karakter yang unik. Mereka mampu membuat pemirsa betah menonton sinetron ini. Kalau menurut saya pemain dengan karakter yang menarik adalah Komar (Mat Drajat) penguasa Pasar, Ceu Edoh (Nining Yuningsih) pembantu Kang Mus, Emak (Isye Sumarni) mertua Kang Mus dan Amin.
Preman Pensiun 6
Saya akan review sedikit session 6. Kang Mus sudah pensiun dari jabatan Bos Preman. Anak buahnya ada yang ikut pensiun, banyak pula yang masih bertahan di pekerjaan lama. Mereka dibiarkan Kang Mus kalau yang tidak mau pensiun. Tidak ada Bos besar. Hanya Bos kecil dimasing-masing wilayah.
Kang Mus bikin usaha kecimpring dengan merek Family. Nama awalnya Kecimpring Kang Mus. Lalu datang Serena yang bekerja freelance di bagian marketing. Serena inilah yang merombak kecimpring Kang Mus dengan tampilan modern. Pangsa pasarnya juga di perluas tidak hanya di Bandung dan sekitarnya.
Kang Mus dibantu Ujang (Fajar Khuto) dalam menggelola usaha kecimpring. Saat usaha kecimpring sudah besar masuk Cecep (Firmansya Pitra) di manajemen Kecimpring Family.
Cecep 'menertipkan' Toni pimpinan di Terminal |
Kang Mus pulang kampung. Beliau ingin hidup menetap di kampung. Hanya saja anaknya Safira masih kuliah di Bandung. Istri Kang Mus, Ceu Euis (Vina Ferina) dan Emak tetap di Bandung menemani Safira.
Kang Mus membangun mushola di kampung halamannya. Kegiatannya hanya berkebun dan ke mushola. Kecimpring Family penggelolaannya diserahkan pada Ujang dan Serena. Kang Mus hanya mengontrol dari jauh.
Preman Pensiun Session 7
Session 7 dibuka dengan kembalinya Kang Mus ke Bandung. Beliau ingin beli rumah di Kampung Halaman. Agar bisa memboyong Istri dan Emak hidup di Garut. Intinya Kang Mus ingin cari duit dulu buat beli rumah. Maka Beliau mulai aktif lagi di Pabrik Kecimpring.
Session 7 ini sudah tidak ada Ujang di manajemen Kecimpring Family. Pada session sebelumnya, Ujang dikisahkan ada affair dengan Serena. Rumah tangga Ujang hampir saja berujung perceraian. Untung Kang Mus langsung turun tangan. Serena keluar dari Kecimpring Family. Sementara Ujang juga keluar dan fokus membantu usaha baju istrinya yang semakin ramai.
Kang Mus dibantu Cecep dalam menggelola Kecimpring Family. Tempat produksi kecimpring sudah luas. Omset penjualan sudah besar. Serena membantu marketing kecimpring tapi bekerja secara freelance dari rumah. Serena sengaja tak mau ke pabrik demi menghindari Ujang. Ternyata Ujung ini masih sering datang ke Pabrik karena berbagai urusan.
Masalah mulai muncul di tempat parkir dan penjaga pedagang di pinggir jalan. Ada orang yang ingin merebut wilayah tersebut dari orang-orang lama Kang Mus. Para penjaga parkir dan pemungut iuran pedagang pinggir jalan dihajar dan diusir. Mereka mengadu ke Cecep. Dengan harapan Kang Mus dengar masalah ini dan turun tangan mengatasi.
Kang Mus tahu masalah ini tapi melarang Cecep untuk turut campur. Lama-kelamaan Cecep tak tega melihat teman-teman lamanya babak belur. Cecep nekat membantu mereka dengan mengajak Ujang dan Murad (Denny Firdaus).
Tentu saja akhirnya Kang Mus tahu. Kang Mus terpaksa menyetujui sikap Cecep setelah mendengar semua duduk persoalannya. Hanya saja Kang Mus minta Cecep untuk segera 'keluar' begitu 'penguasa baru' berhasil disingkirkan. Kang Mus tidak mengijinkan Cecep, Ujung dan Murad kembali kerja di jalan lagi.
Ubet (kiri) dan Saeb (bos copet). Ubet mantan copet. Jadi penjual cilok sekarang. |
Kali ini muncul tokoh Gobang (Dedi Moch Jamasari). Gobang dikisahkan sudah keluar penjara. Gibang menyerahkan diri setelah membunuh Dikdik. Gobang terpaksa membunuh karena Dikdik membunuh adik iparnya. Dikdik sebenarnya tidak tahu kalau yang dibunuh masih saudara Gobang. Dikdik mendapat order untuk membunuh. Hanya diberi foto dan informasi tentang target.
Kang Mus memberi instruksi secara khusus agar tidak ada yang membalas dendam pada Gobang. Toh Gobang sudah menebus kesalahanya dengan masuk pejara. Gobang pun ditinggal istri dan anaknya. Tak dianggap oleh keluarga istrinya. Dia hidup sebatangkara. Semua itu sudah cukup setimpal dengan kesalahan Gobang.
Bahkan saat Gobang sakit, Kang Mus meminta Cecep untuk kasih uang dan membawa ke dokter. Kang Mus tak mau bertemu Gobang. Ini sebagai sikap bahwa Kang Mus kecewa dengan Gobang yang membunuh orang. Apalagi temannya sendiri.
Ada yang hilang di session 7. Tidak ada Pipit (Abenk Marco) yang biasanya nempel di goncengan Murad. Pipit sudah meninggal karena sakit. Ada salah satu scene Murad kangen sama Pipit. Meski wajah Murad keras seperti biasanya. Namun sorot mata Murad tampak sedih dan berkaca-kaca. Masyaa Allah keren sekali akting Denny Firdaus.
Meski begitu banyak konflik seru di session 7 ini. Safira anak Kang Mus sudah kuliah. Sudah punya pacar. Kang Mus sering gagap komunikasi dengan Safira. Apalagi Kang Mus lama tinggal terpisah dengan anaknya.
Eh iya Bos copet, Saep (Icuk Baros) sudah bebas dari penjara. Khasanah dunia percopetan kembali semarak.
Ada satu lagi tokoh dengan karakter unik menurut saya, yaitu Sutisna. Salah satu pegawai Pabrik Kecimpring. Orang paling mau tahu dengan segala hal dan semua orang. Semua hal juga dikomentari. Representasi netizen +62 banget. Nyebelin banget tapi kalau dia tak muncul dalam satu episode kok ya kangen.
Saat ini Preman Pensiun session 7 masih running. Masih episode awal. Masih keburu kalau mau marathon nonton dari episode 1.
Saya sih seneng banget sinetron temanya lebih beragam sekarang. Tak melulu tentang rebutan harta dan selingkuh. Tema tentang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) pun ada. Bahkan ada pula yang mengadaptasi cerita dari novel remaja.
Seru banget dong kalau bisa sampai session 7. Meski didi petet merupakan daya tarik awal, tapi terbukti pemain lain pun tak bisa diremehkan
BalasHapusIya Kak. Semua pemain bagus aktingnya. Baik pemain utama maupun pendukung
Hapus