Daun semanggi rebus di sebelah kiri (paling banyak) |
Salah satu makanan khas Surabaya adalah Pecel Semanggi. Banyak orang yang menyebut Semanggi Surabaya. Sama seperti pecel pada umumnya, makanan ini terdiri dari aneka sayuran yang dikukus lalu disiram bumbu. Bintang utamanya adalah daun semanggi. Sebagai pendamping sayuran biasanya kecambah, kangkung dan kacang panjang. Ada juga penjual yang menambahkan daun turi. Daun semanggi rasanya seperti daun kangkung tapi teksturnya lebih kasar.
Sayuran dikukus rasanya tawar oleh karena itu biasanya disiram saos diatas sayuran. Saos ini dikenal dengan sebutan bumbu pecel semanggi. Bumbu ini rasanya unik. Perpaduan antara manis, gurih dan pedas. Bahannya sama dengan bumbu pecel pada umumnya tapi ditambah ubi jalar, yang sudah dihaluskan. Ciri khas bumbu pecel semanggi ada pada ubi ini. Tekstur bumbu lebih lembut dan ada rasa manis ringan yang khas.
Semanggi Surabaya disajikan dengan kerupuk puli sebagai pelengkap. Kerupuk puli kuning yang teksturnya tebal dan lebar. Kerupuk kuning ini juga berfungsi sebagai sendok. Perpaduan antara sayuran rebus rasa orisinal, bumbu manis pedas dan kerupuk puli yang gurih merupakan paduan rasa yang kaya. Ada sensasi yang melekat di lidah dari suapan pertama hingga akhir. Sensasi rasa yang akan tersimpan di kenangan. Rasa yang membuat ingin menikmati lagi dan lagi.
Bagi para penikmat pecel semanggi tidak susah untuk menemukan makanan khas Surabaya ini. Para penjual semanggi masih setia berjualan keliling kampung. Para penjual pecel semanggi juga hadir di berbagai tempat keramaian di Surabaya. Di Benowo, ada wilayah yang terkenal dengan sebutan Kampung Semanggi. Banyak penjual dan petani semanggi yang tinggal di kampung ini. Jika berkunjung ke kampung ini tidak hanya bisa makan semanggi. Ada sawah semanggi di sini. Proses pemeliharan, panen hingga pengolahannya pecel semanggi bisa dilihat secara langsung.
Lokasi Kampung Semanggi ada di Jalan Kendung gang 9 RT 7 RW 3 Sememi, kecamatan Benowo, Surabaya Barat. Kampung ini adalah cikal bakal pecel semanggi yang menyebar ke seluruh Surabaya, Gresik dan Sidoarjo.
Perjuangan Para Penjual Semanggi
Sejarah Kampung Semanggi adalah cerita panjang tentang perjuangan para wanita penjual pecel semanggi. Tahun 1960-an beberapa warga wanita di kampung ini bekerja di Pondokan Semanggi yang ada di Petemon.
"Mereka berjualan semanggi keliling dan tinggal di sana. Seminggu sekali baru pulang ke rumah." ungkap Pak Siswanto. Beliau salah seorang sesepuh Kampung Semanggi. Istri Pak Siswanto adalah orang pertama yang berjualan pecel semanggi.
Para Ibu berjualan semanggi pada mulanya hanya untuk membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga. Saat mulai bekerja di Pondokan Semanggi Petemon para wanita tangguh ini harus menahan getir berpisah dari keluarga. Saat itu sarana transportasi tidak ada di daerah Benowo. Jarak Kendung-Petemon harus ditempuh dengan jalan kaki. Kampung Kendung termasuk daerah yang sedikit penduduknya. Sebagian besar area di sini adala sawah dan tanah kosong. Daerahnya berbukit seperti desa pada umumnya.
Akhirnya ada kesepakatan bersama. Para Ibu memutuskan untuk keluar dari Pondokan Semanggi. Mereka mencari daun semanggi di sekitar Benowo. Terkadang harus beli saat persediaan daun semanggi menipis. Proses pemasakan dilakukan secara bersama. Ibu-Ibu ini berjualan secara berkelompok di wilayah Benowo dan sekitarnya. Ada yang berjualan keliling kampung, sedangkan yang lain berjualan di Pasar.
Beberapa tahun kemudian, pecel semanggi ternyata banyak disukai warga Surabaya. Area penjualan diperluas. Untunglah saat itu sepeda angin sudah menjadi barang, yang terjangkau untuk dibeli masyarakat umum. Beberapa Ibu yang sudah punya sepeda berjualan di luar Benowo. Sementara yang masih berjalan kaki tetap di wilayah Benowo. Jarak yang ditempuh para penjual semanggi bisa puluhan kilo dalam sehari.
Para Ibu yang berjualan secara berkelompok masih tetap ada. Mereka tetap masak pecel semanggi sendiri-sendiri. Saat berjualan, berangkat dan pulang bersamaan naik kendaraan umum. Mereka ini yang berjualan di wilayah Surabaya Timur, Surabaya Pusat dan Sidoarjo naik kendaraan umum bersama.
Pembagian area penjualan semanggi sudah menjadi kesepakatan bersama sejak generasi pertama. Para penjual semanggi saat ini bertugas untuk melanjutkan penjualan di area yang sudah dirintis Nenek atau Ibu mereka. Khusus penjual semanggi RT 7 RW 3 berjualan di luar Benowo semua. Mereka tersebar di area Masjid Agung, Merr Rungkut, Area Car Free Day, Alun-Alun Sidoarjo dan Pasar Buduran. Setiap penjual biasanya membawa 50-70 porsi. Harga per porsi Rp 8.000 - Rp 10.000.
Penjual semanggi saat ini sudah generasi ke empat. Penjual paling muda berusia 30 tahun. Ikatan penjual dan pembeli sudah terjalin selama puluhan tahun. Sudah seperti teman lama atau saudara. Bukan sekedar transaksi jual beli. Ada urusan hati yang terlibat erat mengikat hubungan antara penjual dan pembeli semanggi. Semacam romantisme nostalgia. Banyak pembeli yang tinggal di luar kota saat pulang ke Surabaya selalu telepon. Mereka minta Ibu penjual langganan mampir ke rumah, demi menebus rasa kangen. Bukan hanya kangen pada semanggi Surabaya tapi juga rindu berbincang dengan penjualnya.
"Saya sudah 40 taun jualan. Pengen e ya jualan terus. Eman e, Mbak." ungkap Bu Zulaikah. Beliau berhenti berjualan karena sudah tua. 'Tongkat estafet semanggi' beralih ke putrinya. Bu Zulaikah membantu Suaminya bertani semanggi sekarang. Beliau masih ingin terus berkontribusi untuk melestarikan makanan khas Surabaya. Bukan cuma faktor uang semata. Para sesepuh dulu susah payah merintis usaha ini. Pelanggan sudah banyak sekarang. Tidak perlu susah payah, pembeli datang sendiri. Bisa jual online di rumah. Sayang kalau disia-siakan. Kasihan para generasi pertama dahulu berjuang. Saat ini anak cucu tinggal menikmati kemudahannya.
Saat media sosial berkembang pesat. Pecel semanggi Surabaya mulai terkenal. Para penjual semanggi semakin banyak. Bukan hanya warga RT 7 RW 3 tapi juga warga RT lain di RW 3. Menurut Bapak Sarmo (Ketua Paguyupan Kampung Berseri Astra), penjual semanggi di Wilayah RW 3 adalah 120 orang (data sampai bulan Agustus 2023).
Kampung Semanggi juga mulai terkenal di kalangan masyarakat. Meski di wilayah RW 3 banyak yang berjualan dan bertani semanggi tetapi hingga saat ini orang tahunya kampung semanggi adalah kampung Kendung gang 9. Mayoritas penduduk di kampung ini memang berprofesi sebagai penjual dan petani semanggi Surabaya. Ada sawah semanggi juga di sini.
Bu Lilik pensiun berjualan semanggi. 3 tahun terakhir bertani daun semanggi. |
Bertani Semanggi
Para suami mulai turut membantu mencari daun semanggi untuk dijual saat para Ibu memutuskan keluar dari Pondokan Semanggi Petemon. Bapak-bapak Kampung Semanggi bekerja sebagai petani, buruh tani, tukang bangunan dan pekerja swasta. Semua penjual semanggi di Kampung ini adalah para wanita. Mulai dari generasi pertama hingga Generasi ke 4 saat ini. Para suami atau anak lelaki bertugas untuk menjaga ketersediaan daun semanggi.
Semanggi banyak tumbuh di pematang sawah. Tanaman yang dipandang sebelah mata. Sebagai bahan makanan murah bagi para keluarga petani. Pada mulanya semanggi tanaman, yang harus dipetik agar tidak mengganggu pertumbuhan padi. Daripada dibuang begitu saja. Daun semanggi diolah dan dinikmati untuk lauk keluarga petani. Ternyata saat direbus dan dibumbui banyak yang suka.
Semakin banyak pelanggan yang suka maka ketersediaan semanggi juga meningkat. Daun semanggi yang ada di wilayah Benowo dan sekitarnya tidak mencukupi. Para Bapak akhirnya berburu daun semanggi sampai ke luar kota. Mereka beli semanggi ke Mojokerto, Bojonegoro dan Lamongan.
Menurut Pak Sarmo, Bapak-Bapak Kampung Semanggi memtuskan untuk mulai menanam semanggi sendiri pada tahun 2015. Ternyata menanam semanggi ini gampang-gampang susah.Tanah di wilayah Benowo tergolong tanah kering. Sementara semanggi harus ditanam pada tanah yang basah. Ketersediaan air harus terus dijaga agar tanah selalu basah. Kalau tanahnya becek dengan sedikit air menggenang malah bagus. Masalah lainnya adalah daerah Benowo merupakan daerah banjir. Saat banjir besar melanda, semanggi membusuk dan tidak bisa di panen.
Hama wereng dan ulat juga merupakan ancaman serius. Saat daun semanggi mulai tumbuh harus disemprot pestisida. Obat anti wereng harganya Rp 110.000/botol bisa digunakan 2 atau 3 kali. Tergantung luas lahan.
Daun semanggi siap panen. Lahan RT7 RW3 Kampung Semanggi. |
Daun semanggi |
Saat Para Bapak menanam daun semanggi sendiri, ketersedian bahan baku untuk para Ibu jualan belum mencukupi. Hal ini terjadi karena keterbatasan lahan tanam di Kampung Semanggi. Rumah penduduk sudah banyak berdiri, lahan kosong sangat terbatas. Para Bapak memutuskan untuk menyewa tanah di luar Kampung Semanggi. Akhirnya, mereka bisa menyewa lahan di belakang Moro Seneng, Sememi. Lahan sawah ini dekat dengan saluran air. Tanahnya selalu basah. 1 hektar lahan disewa patungan 5 orang. Harga sewanya Rp 1.500.000/orang/tahun.
Masa tanam daun semanggi relatif cepat. Daun semanggi sudah bisa dipanen satu bulan setelah tanam. Hasil panen akan dijual bukan perkiloan. Setelah panen, daun semanggi akan dimasukkan dalam tas kresek warna merah ukuran paling besar. Harga jualnya Rp 50.000/kresek. Petani bisa menghasilkan Rp 200.000 - Rp 300.000 sekali panen. Tergantung cuaca dan kondisi air. Setelah panen, daun semanggi akan langsung tumbuh kembali dan bisa dipanen 2 minggu kemudian.
Lahan di sini juga termasuk daerah rawan banjir. Musim penghujan meski bisa panen banyak daun semanggi tapi juga musim merugi jika banjir datang. Banjir tidak bisa diprediksi kapan datangnya. Saat hujan mengguyur dari sore sampai malam atau bahkan mungkin sampai pagi, sudah pasti lahan semanggi banjir. Para petani merugi.
Semenjak warga Kampung Semanggi menanam di lahan sewaan juga, ketersediaan bahan baku pecel semanggi aman. Apalagi beberapa tahun terakir Ibu-Ibu hanya berjualan hari sabtu dan minggu. Jumlah pembeli memang lebih banyak di akhir minggu. Selain itu ada juga Ibu penjual yang bekerja dan hanya bisa berjualan di akhir pekan. Petani semanggi di Kampung ini masi bisa menjual ke para pedagang pecel semanggi di luar RT 7.
Kalau dihitung secara untung dan rugi semata tak akan petani semanggi ini bertahan ingga saat ini. Ada idealisme yang tertanam kuat di hati setiap warga. Bukan sekedar pula urusan makanan semata. Ada nilai-nilai terpendam yang ingin selalu mereka jaga. Segala aral rintangan bukan dianggap masalah, hanya kerikil kecil saja.
Bu zulaikah baru panen. Daun semanggi dalam kresek merah dijual Rp 50.000/kresek. |
Support Sistem Warga Kampung Semanggi
Perjuangan warga Kampung Semanggi untuk melestarikan makanan khas Surabaya pecel semanggi tidak sendirian. Ada beberapa pihak yang turut mendukung langkah ini. Pemerintah kota Surabaya secara berkala menggelar pelatihan produk sebagai inovasi baru. Daun semanggi diolah menjadi stick, kue kering dan keripik. Sayang masih sepi peminat. Para pembeli lebih menyukai daun semanggi yang diolah menjadi pecel semanggi. Mungkin suatu saat nanti inovasi olahan daun semanggi akan diminati pembeli.
Tahun 2022, Kampung Semanggi Surabaya terpilih sebagai pemenang Kampung Berseri Astra.
"Kami menjadi pemenang kategori bintang 2 dan mendapat dana bantuan Rp 25.000.000/tahun." ucap Pak Sarmo. Bukan hanya bantuan uang yang didapatkan tapi juga pendampingan dari Astra. Warga mendapatkan wawasan baru untuk bertani dan berjualan semanggi. Warga memiliki pengetahuan tentang masalah marketing penjualan yang bisa langsung diterapkan. Hal inilah yang jauh lebih penting. Warga yang tidak mampu bisa mendapat beasiswa dari Astra juga. 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan berperan aktif membuat Kampung Semanggi Surabaya berdiri semakin kokoh.
Inilah kisah tentang sebuah Kampung di pinggiran Surabaya. Cerita tentang penggerak Kampung Semanggi Surabaya adalah kisah tentang semua penjual dan petani semanggi di Kampung ini, mulai generasi pertama hingga saat ini. Mereka semua adalah penggerak untuk membuat Kampung Semanggi seperti sekarang. Meskipun generasi pertama sudah ada yang meninggal, semangat mereka masih tetap tertinggal di jiwa semua warga. Setiap tetes keringat, lelahnya raga serta air mata kerugian atau kegagalan adalah amunisi semangat untuk semua warga Kampung Semanggi.
Pak Sarmo mengungkapkan "Saya hanya ketua paguyupan yang kebetulan ditunjuk oleh warga. Humas para warga. Penggerak Kampung Semanggi ya semua warga kampung ini, khususnya para Ibu penjual semanggi dan para petani semanggi. Kita saling mendukung. Meski tidak ikut berjualan atau bertani semanggi ikut gotong royong membantu. Guyup rukun."
Artikel ini bukan cerita tentang individu penggerak Kampung Berseri Astra. Untuk Kampung Semanggi tidak bisa menceritakan peran individu saja. Ada semangat bersama para warga Kampung yang terus berjuang untuk hari ini dan masa depan Indonesia. Masa depan makanan tradisional Indonesia yang tidak boleh punah. Tujuan para warga Kampung Semanggi sederhana, agar generasi muda bertahun-tahun yang akan datang tetap bisa menikmati makanan khas Surabaya Pecel Semanggi.
Oh, ternyata ada ubi jalarnya pada pecel Semanggi khas Surabaya ini toh. Aku lupa-lupa ingat sudah pernah mencicipinya atau belum ya? Heheheh :D Ga terasa udah lama juga eksistensi kuliner ini sejak tahun 1960 ck..ck..ck. Mesti dilestarikan oleh warga setempat nih kalau perlu disosialisasikan dalam berbagai acara. Salut pada Pak Sarmo dan masyarakat sekitar yang mendukung masa depan makanan Indonesia.
BalasHapusCampuran Ubi jalar ini yang membedakan bumbu pecel semanggi dengan pecel pada umumnya. Nanti mencicipi lagi aja Mak. Perlu banget pelestarian makanan tradisional. Sayang kalau sampai hilang.
HapusYa Allah panjang dan lebar hanya untuk sepincuk pecel semanggi. Ada banyak banget perjuangan dan nilai-nilai yang terus dilestarikan, jadi menikmati sepucuk semanggi sekarang nampaknya bakalan lebih bermakna buatku Mbak. Nggak cuma nyegat mbok mbok lewat aja, tapi ikut menjaga makanan khas daerah kita. Sangat inspiratif!
BalasHapusTerima kasih Mak. Inilah yang aku suka dari makanan tradisional. Ada sejarah panjang yang menyertainya.
HapusSepertinya aku belum pernah nih nyobain Pecel Semanggi, paling pecel yang biasa aja karena gak ada ubi jalarnya. Jadi penasaran deh pengen cobain pecel semanggi disendokin pake kerupuk kuning kayaknya maknyus deh!
BalasHapusBanget enaknya. Semoga lain waktu bisa mencicipi makanna ini ya Mak
HapusWah aku baru tau mak, pecel semanggi, dan rasanya mau bangeeett mak nyobain, karena kebetulan aku suka banget makan pecel, gado2, karedok, duh pasti ini rasanya enak banget apalagi ditambah bumbunya, auto krucuk2 ini perut
BalasHapusAyok Mak cobain. Rasanya bumbunya beda sama pecel yang biasa.
HapusEntah sudah berapa tahun saya enggak makan Semanggi Suroboyo....rasa khasnya ngangeni, selain unsur daun semanggi juga sambal pecelnya yang beda dengan pecel biasa. Dari artikel ini jadi tahu saya sejarahnya juga bagaimana warga Kampung Semanggi menjaga nilai-nilai yang ingin dilestarikan hingga generasi mendatang. Salut!
BalasHapusTerima kasih Mak. Semoga bisa segera makan pecel semanggi lagi.
Hapusaku kayaknya belum pernah makan daun semanggi mba. Kudu coba deh ini. Perjuangannya luar biasa ya untuk daun semanggi. Aku suka pecel, pakek lontong.. aduh, ini keren kampungnya jadi salah satu yg menang.. Semoga lestari ya.
BalasHapusAamiin. Ntar kalau ke Surabaya silakan dicicipi Pecel Semanggi
Hapusmakanan favorit kala mudik, di Gresik juga terkenal semanggi walau memang jarang yah. Biasanya cari di alun-alun, ibu-ibu yang berjualan. Bumbunya khas, manis, trus pakai peyek kacang. uwenaaak!
BalasHapusternyata ada kampung khusus budidaya semanggi juga tempat pemasaran yah. Semoga terus lestari!
Aamiin. Ternyata pecel semanggi di Gresik ada di Alun-Alun ya. Enak banget ini. Sekalian jalan-jalan.
HapusSering banget denger Pecel Semanggi, dan penasaran juga rasanya. Kalau sama daun turi sih udah sering yaa. Ternyata ada Kampung Semanggi, keren banget yaaa jadi pemenang Kampung Berseri Astra. Bisa mendapatkan pendampingan dan pengetahuan seputar marketing penjualan.
BalasHapusenak rasanya Mak
HapusDuh, sayang di sini akau gak diperlihatkan bentuk dari dekatnya daun semanggi, jadi masih membayang aja kayak apa itu daunnya, tapi kayaknya enak ya kalo udah diolah
BalasHapusUdah aku tambah foto daun semanggi, Mak
HapusBelum pernah nyobain pecel semanggi. Saya malah baru tahu nih ada daun semanggi. Pasti enak banget nih. Apalagi ada krupuknya. Makin nikmat makan pecelnya.
BalasHapusEnak banget pecel semanggi
HapusSaya baru tau nih tentang daun semanggi... Jadi pengen coba deh, soalnya rasanya tawar kan bukan pait...
BalasHapusTawar Mbak
HapusMauuu pecelnyaa...kelihatannya enak dan segar. Kompak ini yah warnanya mau melestarikan makanan tradisional yang sehat juga serta kandungan gizinya juga bagus
BalasHapusYuk Mak
HapusSekarang aku udah jarang ketemu Semanggi. Ternyata bisa buat pecel ya. Kupikir hanya tanaman air biasa. Pasti banyak banget tuh yang kudu dikumpulkan kalau mau buat Pecel
BalasHapusBanyak. Kalau sudah direbus menyusut jadi sedikit soalnya.
HapusPecel ini salah satu makanan favorit kalau lagi mudik ke rumah simbah. Belum afdol rasanya kaau belum makan pecel. Hanya saja belum pernah nyobain pecel daun semanggi, kayaknya enak yaa...
BalasHapusEnak banget Mbak
HapusWah, ada kampung Semanggi ternyata. Dibudidayakan dan bisa membantu perekonomian warga sekitarnya. Semanggi ini wangi banget. Enak dimakan ama pecel.
BalasHapusGa ada foto daun semanggi ya? Saya drtd kok ngebanyanginnya daun kemangi. Sama ga ya?
BalasHapusBeda sama daun Kemangi. Suda ada fotonya Mbak
HapusMama saya ngidam pecel Semanggi. Dulu sampai pengen muterin SBY tapi berhubung udah sore jadi banyak warungnya yg tutup. Nyarinya di SBY tengah sih, gak tau kalau ternyata di Benowo yg ada kampung Semanggi ya. Oke besok2 tak ajak ke Benowo aja
BalasHapusSemoga Mama bisa segera menikmati Pecel Semanggi. Sentra penjual pecel semanggi ada di depan ruko Pelican Hill Citraland Surabaya Barat. Banyak penjual dan enak buat makan di tempat.
HapusSepincuk pecel semanggi sederhana yang tak hanya sehat tapi juga menyimpan sejarah panjang masyarakat Kampung Semanggi yang penghidupannya dari sayuran ini ya..luar biasa..
BalasHapusSejaranya panjang bener Dew. Aku juga salut denga warga kampung semanggi.
HapusMasya Allah disebuah hidangan makanan banyak perjuangan di dalamnya ya. Maka sering sekali orangtua bilang hargai makanan dan jangan mengharapkan makanan kalau tidak suka. Karena ternyata banyak perjuangan orang2 didalam sebuah makanan itu.
BalasHapussuamiku suka banget makan pecel, kalau mudik ke kampung suami, Mamak mertua buatkan pecel. Lontongnya dari daun berasa enak banget deh.
BalasHapusKayanya bentuk daun semanggi gitu aku familiar tapi malah baru ngerti kalau itu biasa dikonsumsi buat dijadiin pecel juga. Kalau ada waktu ke Surabaya harus cobain sih
BalasHapus