Saya termasuk golongan emak-emak yang beli takjil untuk buka puasa. Saya hanya mampu untuk masak makanan buka puasa. Kalau untuk sekalian bikin takjil, saya tidak sanggup. Lebih baik beli saja. Bagi-bagi rejeki ke para penjual. Ehem. Ini sih alasan terselubung hehe.
Akhirnya, saya jalan-jalan ke Pasar Takjil di dekat rumah. Sebenarnya ini adalah pasar kaget yang buka setiap sore hanya selama bulan Ramadan. Banyak Penjual aneka jajanan dan juga lauk pauk. Jajanan lebih banyak jenisnya. Ada jajanan tradisional. Street food ala Korea dan Jepang juga ada. Pastry dan aneka roti ala western banyak juga.
Berhubung keluarga kami pecinta jajanan tradisional, saya hanya beli jajanan tertentu. Tulisan ini adalah hasil pantauan saya di Pasar Takjil. Jajanan tradisional ini banyak yang jual saat Ramadan. Kalau hari biasa sedikit yang jual. Agak susah mencari. Apakah itu?
1. Martabak Bihun
Martabak bihun ini terkenal juga dengan sebutan martabak SD. Martabak jenis ini banyak yang jual di sekitar sekolah SD pada jaman saya kecil. Anak Surabaya yang kecil di tahun 80 atau 90an pasti kenal dengan martabak bihun. Salah satu martabak enak di Surabaya.
Kenapa namanya martabak bihun? karena isi martabaknya bihun goreng. Ada juga yang dicampur dengan irisan tipis wortel dan kubis. Jangan samakan martabak bihun ini dengan martabak telur, yang biasanya banyak di kota Surabaya.
Martabak ini ukurannya kecil. Bentuknya segitiga, mirip samosa. Hanya saja kulitnya tipis, lembut dan elastis. Kulitnya dari tepung. Tekstur kulitnya lebih lembut dari kulit untuk lumpia.
Kalau sudah matang, jajanan ini rasanya asin gurih. Martabak bihun biasanya dimakan dengan saos merah (seperti saos pentol tusuk) atau sambel petis. Harganya murah Rp 1000/biji.
2. Arem-Arem
Bagi Anda yang berasal dari Jawa Tengah tidak akan asing dengan makanan ini. Jajanan ini bentuknya seperti lemper. Hanya saja kemasannya seperti lontong. Bentuk silinder dengan tusuk biting di sisi kanan dan kiri. Bisa dibilang, jajanan ini adalah lontong versi mini.
Arem-arem adalah perpaduan antara lontong dan lemper. Jajanan ini berupa lontong mini yang ada isian ayam suwir seperti di lemper. Ada perbedaan ya, kalau bikin lontong beras dicampur dengan air lalu dikukus. Jika bikin arem-arem, nasi dimasak dahulu dengan santan. Setelah matang baru dibungkus dengan daun Pisang. Pada bagian tengah diisi ayam suwir bumbu. Lalu ditutup rapat. Bagian ujung kanan dan kiri 'kunci' dengan tusuk lidi, bambu atau dijepret dengan strapless.
Ayam suwir kadang kala dibumbu pedas. Untuk isian ayam ini memang harus dibuat dengan bumbu yang agak kuat. Hal ini dilakukan untuk mengangkat rasa nasi santan yang rasanya cenderung ringan.
3. Bubur Madura
Bubur Madura adalah jajanan traditional yang banyak beredar di Surabaya. Saat ini, agak susah mencari penjual bubur Madura. Biasanya ada penjual jajanan ini di Pasar Tradisional. Hanya saja tidak semua Pasar Tradisional ada penjual jajanan khas Surabaya ini. Untunglah, banyak penjual Bubur Madura saat bulan Ramadan. Bubur Madura berisi beberapa macam bubur yang disiram santan kental dan gula merah kental. Jajanan ini enak dinikmati saat buka puasa.
Bubur ini terdiri dari bubur sumsum (bubur putih), bubur ketan hitam, bubur mutiara dan bubur grendul. Bubur sumsum ada dua macam, yaitu bubur kasar dan bubur halus. Bubur putih kasar teksturnya mirip dengan nasi tim untuk bayi yang awal MPASI. Kalau bubur putih halus teksturnya sangat lembut dan agak encer.
Semua jenis bubur ini digabung menjadi satu kesatuan. Kombinasi antara bubur putih yang gurih. Sementara bubur mutiara dan bubur grendul cenderung manis. Tergantung selera juga. Jika hanya mau jenis bubur tertentu tidak masalah. Bisa minta sama penjualnya. Setelah semua jenis bubur di masukkan wadah lalu akan diberi bubur putih halus. Sebagai sentuhan terakhir, diberi gula merah kental pada bagian atas. Gula merah kental ini biasa disebut dengan juruh.
4. Jajan Pasar
Satu lagi jajanan tradisional langka yang banyak muncul saat bulan Ramadan. Aneka jajan Pasar. Jajan Pasar ini terdiri dari beberapa jenis jajanan. Biasanya yang dijual adalah ketan putih, ketan hitam, gethuk, cenil, srawut, grendul, gatot, lupis dan klepon.
Saya jelaskan secara singkat. Ketan putih ini adalah ketan yang dikukus. Biasanya dimakan dengan parutan kelapa muda dan bubuk kacang. Nama ketan hitam berasal dari bahannya yaitu ketan warna hitam. Cara buatnya sama. Hanya saja ketan hitam hanya disajikan dengan parutan kelapa muda. Sedangkan gethuk terbuat dari singkong yang dihaluskan. Teksturnya lembut. Rasanya ada cenderung manis, tetapi tidak manis sekali.
Cenil terbuat dari tepung kanji. Teksturnya kenyal. Kebanyakan berwarna pink cerah. Rasanya plan. Srawut bahannya dari ketela pohon yang diparut. Lalu dikukus bersama gula merah. Grendul adalah jagung rebus pipilan yang dicampur dengan parutan kelapa muda. Gatot ini bahannya dari gaplek yang dikeringkan lalu dikukus. Biasanya gatot dimakan dengan parutan kelapa muda. Kalau lupis dibuat dari tepung beras ketan. Rasanya cenderung tawar. Klepon ini bentuknya bulat ada isi gula merah cair di bagian tengah.
Sama seperti Bubur Madura. Jajanan ini bisa dimakan sendiri-sendiri atau digabung semua jenis jajanan. Lazimnya adalah beberapa jajan Pasar dicampur dalam satu wadah. Kemudian pada bagian atas ditaburi parutan kelapa muda. Lalu diberi gula merah agak encer sebagai penutup. Saat makan jajanan Pasar ini akan ada perpaduan rasa asin, gurih dan manis. Jajanan khas Ramadan ini banyak dijual hanya saat Ramadan.
5. iwel-iwel
Jajanan satu ini biasanya hanya muncul saat ada selamatan selapanan bayi yang baru lahir. Iwel-iwel ini termasuk jajanan langka. Jajanan tradisional yang terbuat dari perpaduan tepung beras dan tepung ketan. Lalu diberi isian gula merah pada bagian tengah. Kemudian dibungkus daun Pisang dan dikukus sampai matang. Rasanya perpaduan antara gurih dan manis. Hidangan ini cocok untuk takjil. Satu biji iwel-iwel cukup mengenyangkan. Lumayan bisa mengganjal perut saat menjalankan sholat magrib.
Nah inilah berbagai jajanan khas Ramadan khususnya jajanan tradisional yang biasanya banyak dijual saat bulan Ramadan. Jajanan tersebut susah didapat kalau hari biasa. Bulan Ramadan penuh berkah. Jajanan tradisional yang sudah mulai langka bisa hadir dan dicari masyarakat. Saya kagum, ternyata masih banyak orang yang menyukai jajanan tradisional. Buktinya jajanan tersebut selalu laris di Pasar Takjil.
Komentar
Posting Komentar