Cara Menghilangkan Kebiasaan Buruk

cara menghilangkan kebiasaan buruk


Ning Blogger Surabaya mengadakan event nulis bareng lagi. Sudah lama menunggu kesempatan ini. Kangen serunya nulis bareng teman-teman. Kalau nulis bareng begini bikin semangat. Soalnya kalau pas lagi semangat nyungsep ke jurang ada yang menyemangati untuk naik kembali.

Kebetulan kok ya saya lagi kehabisan ide untuk nulis di blog. Jadi ya senang banget ada event nulis blog bersama seperti ini. Semoga bisa istiqomah sampai akhir periode. Paling penting adalah bisa selesai semua sampai tema terakhir nanti. Aamiin.

Tema minggu ini tentang kebiasaan buruk yang ingin dirubah. Saya mikir lama, ternyata banyak juga kebiasaan buruk yang harus dirubah pada diri ini. Saya coba bikin daftar dari yang paling urgent untuk segera diperbaiki. Ada tiga kebiasaan buruk yang harus segera dirubah, antara lain

1. Overthinking 
Satu kejadian bisa saya kembangkan menjadi berbagai sudut pandang. Belum lagi ditambah 'bagaimana kalau begini' dan 'bagaimana kalau begitu'. Kalau ada kata-kata atau perilaku seseorang saya maknai dengan berbagai hal. Kepala ini bisa muter-muter karena mikir berbagai kemungkinan. Hasilnya? Belum tentu juga kejadian beneran. Capek, iya. Pikiran yang capek. Rasanya ada badai di kepala yang tak kunjung reda. 

Hingga suatu saat saya sadar, kalau sudah melakukan kesalahan besar hanya gara-gara overthinking. Padahal kejadiannya sudah puluhan tahun lalu tapi rasa bersalahnya masih membekas sampai sekarang. Saya berjanji harus menghilangkan sifat buruk ini. Saya tidak mau merasa bersalah lagi.

Saya mulai belajar untuk memikirkan apa yang saya lihat dan dengar saja. Saya juga membatasi pemikiran hanya pada hari ini. Tidak perlu lagi mikir jauh-jauh. Saya juga membatasi diri untuk mengartikan perkataan dan perilaku seseorang. Kalau saya merasa ada yang maknanya ambigu, lebih baik ditanyakan langsung ke yang bersangkutan. Selesai. Overthinking bye.

2. Tidak fokus saat Ngobrol
Pernahkah lagi ngobrol dengan orang tiba-tiba lawan bicara hanya merespon dengan 'hah', 'heh' atau 'hoh'. Itu saya, saat isi kepala penuh atau lagi banyak yang dipikirkan. Jarang terjadi memang tapi cukup memalukan buat saya. Mungkin juga bisa membuat orang lain marah. Mohon maaf. 

Saya sadar betul kebiasaan ini tidak bagus. Saya mencoba terus berbagai cara untuk mengatasi ini dengan bantuan seorang teman. Setiap kali akan bertemu dengan seseorang saya akan berusaha 'mengosongkan pikiran'. Ternyata masih sering gagal cara ini. Lalu saya berusaha mencari jalan keluar yang lain.

Akhirnya ketemu penyebabnya. Saya termasuk tipe orang yang gampang teralihkan saat ngobrol. Baik oleh sesuatu atau seseorang. Saya berusaha fokus dengan lawan bicara. Bahkan ponsel sengaja saya jauhkan atau masukkan di tas. Cara ini sangat membantu. Namun saya masih kesulitan saat ngobrol sambil makan. Loading otak tiba-tiba melambat. Fokus saya lebih sering teralihkan ke makanan. Virus hah-heh-hoh akan lebih mudah merasuki.

3. Mepet Deadline
Ini kebiasaan buruk yang sedang saya perjuangkan untuk bisa hilang. Butuknkerja keras untuk merubah kebiasaan buruk ini. Apalagi dalam kondisi 'sok sibuk'. Banyak hal yang harus dikerjakan dengan deadline yang berdekayan. Bahkan ada yang sama. Akhirnya saya sendiri yang kebingungan mana hang harus dikerjakan dahulu.

Secara teori mengatasi permasalahan ini sebenarnya gampang. Bikin jadwal harian, bikin daftar skala prioritas dan manajemen pembagian waktu dengan disiplin. Bagaimana prakteknya? Amburadul. 

Kebetulan saya bekerja di rumah dan tidak mempunyai asisten rumah tangga. Biasanya malam sebelum Tidur, saya menyusun jadwal pekerjaan besok sesuai dengan skala prioritas. Rapi dan detail semua jadwal. Adakalanya 'acara susupan' yang bikin semua jadwal yang saya buat berantakan. Misalnya tiba-tiba suami harus ke luar kota dadakan. Ini berarti saya harus mempersiapkan dulu semua kebutuhan suami. Terkadang saya juga harus ikut.

Saya mencoba mencoba berdamai dengan kenyataan. Jika memang 'acara susupan' masih bisa ditangani, akan saya teruskan. Biasanya kerjaan sudah saya cicil beberapa hari sebelumnya. Jadi bisa curi-curi waktu untuk mengerjakan. Pokoknya saya usahakan harus selesai sebelum jam deadline berakhir. Ini masalah amanah soalnya. Saya berusaha professional menjaga janji yang sudah saya ucapkan. Saya berusaha sekuat tenaga agar pekerjaan selesai jauh-jauh hari sebelum deadline. Namun jika terpaksa harus selesai last minute. Mohon maaf sekali sudah bikin PIC atau atasan saya deg-degan menunggu saya laporan selesai.

Memang manusia tidak ada yang sempurna. Selalu ada kebaikan dan keburukan yang harus diterima dengan lapang dada. Hanya saja kalau ada keburukan yang bisa dirubah atau diminimalisir bukankah ini akan lebih baik lagi. Saya sadar diri masih banyak lagi keburukan yang harus diperbaiki. Kalau bisa dihilangkan. Biar orang-orang di sekitar saya tidak perlu sering mengelus dada atau menarik nafas berat karena diri ini. 

Komentar

  1. Aku pun masih sering mepet deadline.Kalau nggak mepet rasane masih buntu.

    BalasHapus
  2. Saya over thinking kalau misalnya disuruh jualan, barangnya sih bagus tapi ketika saya merasa warnanya gak cocok sama saya mau njualin gak PD. Mikirnya kasihan yang beli warnanya jelek, nanti gimana kalau dipakai arisan padahal warnanya terlalu ngejreng. Dipikir-pikir ngapain saya mikir sejauh itu ya, kan yang pakai orang lain, bukan saya hehe

    BalasHapus

Posting Komentar